Agus Akhmadi
Widyaiswara BDK Surabaya
Telah terjadi berbagai perubahan penyelenggaraan pelatihan sejak pandemi. Pandemi COVID-19 memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pelatihan. Pelatihan harus diselenggarakan dengan skenario yang mampu mencegah interaksi secara fisik antara peserta pelatihan dengan peserta lainnya dan antara peserta dengan widyaiswara, yaitu dengan penggunaan teknologi digital yang memungkinkan peserta pelatihan dan widyaiswara dapat melaksanakan proses pelatihan walaupun mereka ditempat yang berbeda.
Penanganan pelatihan jarak jauh dengan daring memiliki kekuatan, tantangan dan hambatan tersendiri. Pelatihan berbasis teknologi informasi ini semakin tidak terelakkan diera digital, yang menawarkan berbagai keuntungan seperti kesempatan belajar yang lebih fleksibel tanpa terikat ruang dan waktu, mempermudah peserta didik mengakses pelatihan, memperkaya materi pelatihan, mengaktifkan proses belajar, terbukanya proses belajar, meningkatkan efektivitas pelatihan, serta mendukung peserta belajar mandiri.
Pelatihan jarak jauh memiliki banyak model dan pola yang juga disebut CMI (Computer Managed Instruction), CAI (Computer Assisted Instruction), CBT (Computer Based Training), Model LMS (Learning Management System).
Pelatihan e-learning yang diselenggarakan Balai Diklat Keagamaan Surabaya berdasarkan studi kontek, input, proses dan hasil pelatihan jarak jauh saat menunjukkan perkembangan, sehingga studi ini dapat menjadi masukan untuk perbaikan pelatihan.
Kontek e-learning
Pelatihan jarak jauh ditinjau dari konteknya yaitu budaya pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, lingkungan budaya keluarga dan masyarakat terhadap e-learning khususnya budaya pembelajaran berbasis digital.
Grafik ini memperlihatkan bahwa terdapat 88% peserta/responden memiliki kontek pelatihan jarak jauh dan berada pada posisi sedang, artinya dukungan perangkat teknologi informasi dan komunikasi pelatihan jarak jauh para peserta masih belum optimal sebagaimana kebutuhan e-learning. Terdapat 12% responden memiliki kontek pelatihan jarak jauh rendah, artinya mereka tidak/atau kurang memiliki perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi kontek peserta sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan peserta, bahwa memang komponen ketersediaan perangkat elektronik dan komputer belum maksimal. Peserta ada yang tidak menyediakan perangkat yang kompatibel pada saat mengikuti pelatihan, hanya tersedia android secara minimalis. Faktor ketersediaan sarana ini disebabkan karena peserta yang berasal dari komunitas tertentu kurang memiliki budaya pembelajaran daring/online yang berbasis elektronik. Beberapa lembaga yang berada di lingkungan pesantren masih mengedepankan layanan tatap muka dan bahkan belum membolehkan santri maupun ustadz menggunakan perangkat laptop atau HP di lingkungan pondok pesantren. Faktor lain adalah bahwa di masyarakat pedesaan yang topologi pegunungan atau kepulauan, akses internet terbatas, sering hilang sinyal sehingga tatap muka menjadi cara yang lebih diminati.
Input e-learning
Input pelatihan e-learning terkait kemampuan menerapkan teknologi informatika komunikasi untuk pelatihan daring tergambarkan pada grafik yang memperlihatkan bahwa 74% peserta memiliki input pelatihan berbasis e-learning sedang, artinya kemampuan peserta untuk penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelatihan jarak jauh masih sedang.
Terdapat 26% responden menyatakan kemampuan menerapkan teknologi elektronik berbasis digital masih rendah, artinya mereka menyatakan kurang mampu menerapkan perangkat TIK dalam e-learning. Kondisi yang demikian sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan peserta, bahwa mereka kesulitan memanfaatkan software atau perangkat lunak yang digunakan seperti video pembelajaran, excel, powerpoint. Kegiatan e-learning yang menggunakan forum diskusi, chatting, penugasan, ujian berbasis komputer, mengunduh dan mengunggah tugas, kuis dan sebagainya seringkali menghadapi kendala.
Input pelatihan merupakan kemampuan mengoperasikan perangkat komputer untuk pembelajaran, memanfaatkan beragam fasilitas yang tersedia untuk pelatihan, mengunduh materi yang diperlukan, melakukan chating maupun mengunggah materi kedalam sistem manajemen pembelajaran. Pada komponen kemampuan mengoperasikan perangkat komputer menunjukkan angka sedang, hal ini dibuktikan dengan kesulitan peserta dalam pembelajaran daring. Kemampuan menerapkan teknologi pembelajaran berbasis e-learning ditentukan faktor internal seperti sikap menolak dan kurang berminat terhadap teknologi digital. Responden ada yang menyatakan bahwa pelatihan dengan e-learning membuat pusing dan membingungkan. Dengan keterbatasan kemampuan e-learning atau gagap teknologi, tugas tidak dapat diunduh maupun diunggah. Selain faktor internal juga faktor eksternal yaitu ketersediaan perangkat komputer yang kurang memadai, keterhambatan sinyal internet yang menghambat e-learning. Dengan demikian input peserta yang demikian menjadi hambatan dalam optimalisasi pelatihan jarak jauh.
Input peserta pelatihan memiliki kaitan dengan konteks dan proses pembelajaran daring. Peserta dengan atar budaya (kontek) peserta pelatihan yang menerima e-learning sebagai kebutuhan milineal saat ini, akan menguatkan motivasi belajar pendekatan e-learning dengan meningkatkan kemampuan TIK nya untuk terlaksananya proses e-learning. Dengan demikian motivasi peserta yang didukung kemampuan e-learning yang ada pada peserta dapat meningkatkan proses pelatihan jarak jauh.
Proses e-learning
Proses pelatihan merupakan kemampuan mengoperasikan perangkat komputer untuk pembelajaran, memanfaatkan beragam fasilitas yang tersedia untuk pelatihan, mengunduh materi yang diperlukan, melakukan chating maupun mengunggah materi kedalam sistem manajemen pembelajaran. Pada komponen kemampuan mengoperasikan perangkat komputer menunjukkan angka sedang, hal ini dibuktikan dengan kesulitan peserta dalam pembelajaran daring. Data wawancara dan observasi menunjukkan bahwa pada peserta yang proses e-learning rendah menyatakan pelatihan kurang maksimal, kurang nyaman dan kesulitan menangkap subtansi materi pelatihan yang disajikan lewat e-learning. Pada peserta yang proses e-learning sedang dan tinggi, mereka tertantang untuk mandiri, mereka mengalami motivasi meningkat, keaktifan meningkat, dan menurutnya pelatihan jarak jauh yang dilaksanakan sangat bagus diterapkan dimasa pandemi dan seterusnya.
Grafik ini memperlihatkan bahwa 28% peserta berada pada proses pelatihan yang efektif, mampu melaksanakan kegiatan e-learning dengan maksimal sebagaimana tuntutan pembelajaran e-learning. 35% peserta berada pada proses pelatihan sedang, artinya mereka mampu melaksanakan kegiatan e-learning namun masih terkendala kekurangan sarana maupun kemampuan. 36% peserta berada pada kategori rendah, dimana mereka memiliki kesulitan dalam e-learning, kesulitan menerima materi pelatihan, kurang termotivasi belajar karena kesulitan mengakses sistem pelatihan jarak jauh untuk meningkatkan kompetensinya. Kondisi yang demikian sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan peserta, bahwa ada peserta yang belum bisa maksimal mengikuti proses e-learning karena kurang menguasai teknologi, sehingga merasa tidak nyaman.
Produk e-learning
Produk pelatihan jarak jauh adalah terkait kompetensi peserta setelah mengikuti pelatihan. Hasil pelatihan disini terkait keterampilan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, kemudahan penerapan e-learning untuk menyelesaikan tugas pembelajaran, membantu guru dalam melaksanakan layanan pembelajaran.
Produk pelatihan jarak jauh terlihat sebagaimana grafik bahwa sebagian peserta menunjukkan belum berhasil dalam pelatihan jarak jauh dengan e-learning, hal ini tentu kurang diharapkan, karena pelatihan dengan e-learning yang diselenggarakan saat ini harapannya menjadi solusi di masa pandemi dan akan terus dikembangkan dimasa mendatang. Hasil wawancara dengan peserta menyebutkan bahwa pelatihan jarak jauh berbasis komputer ini berdampak positif ke peserta yaitu memotivasi untuk terus belajar teknologi informasi dan komunikasi berbasis komputer. Peserta menyatakan “pemahaman materi pelatihan menggunakan e-learning saya semakin baik dan ini bermanfaat untuk pelaksanaan pembelajaran saya di madrasah yang juga dituntut menggunakan aplikasi e-learning”. Informan lain menyampaikan “kompetensi profesional saya diera digital semakin meningkat”. Berbagai data sebagai hasil pelatihan jarak jauh yang demikian dapat menjadi masukan bagi penyelenggara e-learning dimasa mendatang, bagi pengirim dan bagi peserta agar pelaksanaan pelatihan jarak jauh lebih efektif.
Simpulan
Pelatihan jarak jauh yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan kompetensi peserta pelatihan merupakan hal baru, berubah dari model tatap muka menjadi non tatap muka atau online, berbasis kompetensi teknologi informasi dan komunikasi. Kompetensi tersebut perlu dicukupi, dan mencukupkan kemampuan tersebut membutuhkan persiapan baik pada peserta maupun penyelenggara.
Saran
Efektifitas pelatihan jarak jauh perlu ditingkatkan dengan melibatkan beberapa pihak yaitu peserta, lembaga pengirim dan lembaga kediklatan. Pertama, peserta mendapat sosialisasi tentang sistem dan perlengkapan tik yang perlu disiapkan/ dikuasai dalam pelatihan jarak jauh. Kedua, lembaga pengirim memberikan pembekalan kepada peserta berupa kompetensi teknologi informasi dan komunikasi yang diperlukan untuk e-learning, pembekalan yang dilakukan oleh madrasah pengirim termasuk penyiapan piranti komputer dan atau multimedia online yang diperlukan peserta dalam e-learning. Ketiga, lembaga kediklatan menyiapkan sistem pelatihan yang sederhana dilengkapi dengan blended learning. keempat, perlu penambahan fasilitas kuota internet yang meringankan beban peserta.
Daftar Pustaka
Akhmadi, A. (2019). Kepuasan peserta diklat terhadap pelayanan widyaiswara. Andragogi, 7 No 2, 256–269.
Akhmadi, A. (2020). DISTANCE TRAINING EVALUATION IN PANDEMY. Inovasi, 14 no 2, 136–144. https://scholar.google.co.id/citations
Ambinar., Muharika. (2019). Metodologi Penelitian Evaluasi Program, Alfabeta, Bandung.
Azzahra, N. F. (2020). Mengkaji Hambatan Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia di Masa Pandemi Covid-19. Center for Indonesians Policy Studies.
Basar, A. M. (2021). Problematika Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-19. Edunesia : Jurnal Ilmiah Pendidikan. https://doi.org/10.51276/edu.v2i1.112
Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES). https://doi.org/10.31605/ijes.v2i2.659
Kahfi, A. (2020). Tantangan Dan Harapan Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid 19. Dirasah.
Krismadika, A. P. (2020). Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19 Di Sd It Al-Huda Wonogiri. Jurnal Pandemi Covid-19.
Kusmana, A. (2011). E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. https://doi.org/10.24252/lp.2011v14n1a3
Monteleoni, C. E. (2006). Learning with Online Constraints : Shifting Concepts and Active Learning Learning with Online Constraints. American Journal of Epidemiology.
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. BIODIK. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759
Wahyu, A., & Simanullang, R. H. (2020). Student stress due to online learning during the COVID-19 pandemic. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan.