BDKSURABAYA – Seorang guru berfungsi penting dalam mengawal siswanya, mengantarkan mereka menjadi generasi mendatang yang moderat dan mempunyai nilai-nilai kebangsaan, karena merekalah yang akan menjadi pemimpin masa depan. Demkian cuplikan uraian kepala Badan Litbang (Balitbang) dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI), H. Suyitno saat memberikan materi kepada 3 angkatan peserta orientasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya melalui zoom cloud meeting. (10/12/2022).
“Bayangkan mereka ini jika sejak awal tidak kita tanamkan nilai-nilai moderasi terutama nilai-nilai kebangsaan yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak kita. Maka guru menjadi tokoh penting, karena figur yang jadi tokoh idola mereka adalah guru,” tegasnya.
Dalam pandangannya guru perlu menjadi tokoh idola bagi siswanya, karena jika tidak maka apa-apa yang disampaikan guru tidak akan tertanam pada siswanya. Terlebih pada era sekarang di mana anak-anak cenderung lebih menyukai tokoh-tokoh publik dibanding para gurunya.
Untuk menjadi tokoh idola tersebut, menurutnya guru perlu meningkatkan kompetensi diri dalam mengajar baik dalam hal metode maupun konten yang diajarkan kepada siswa.
“Kalau berbcara tentang mengajar, mana yang lebih penting, apakah ath thoriqotu ahammu minal maddah ataukah almaddah ahammu minat thoriqoh. Mana yang lebih penting apakah the methodology is important than content or the content is important than methodology?,” tanyanya
“Kalua problemnya dalah metodologi, berarti metodologinya harus kita rubah dan kita inovasi, kalua problemnya adalah konten berarti kita harus melakukan penguatan kompetensi. Maka diklat yang termasuk orientasi PPPk sesungguhnya termasuk yang kedua yaitu almaddah ahammu minat thoriqoh,” jelas Kepala Balitbang.
“Jika guru telah menjadi idola, maka yang terjadi adalah kehadiran guru lebih pentng daripada gurunya sendiri. Itu maknanya seorang guru harus hadir pada setiap kesempatan baik secara fisik maupun non fisik, kalua non fisik itu berbentuk perhatian,” jelasnya.
Jika karena faktor tertentu tidak bisa hadir secara fisik, tidak bisa bertatap muka dengan siswanya, maka menurutnya seorang guru perlu hadir secara non fisik dengan memberikan perhatian apalagi siswanya sedang menghadapi maslaah. Maka selain sebagai teacher guru juga berperan sebagai adviser yang mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi siswanya.
Pada akhir sambutannya pria yang meraih pangkat akademik profesor dari Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang tersebut berpesan agar guru perlu memastikan bahwa, pertama para siswa harus mempunyai pemahaman yang utuh terkait dengan beragama yangg moderat, yaitu beragama yangg selalu toleran dengan lingkungan, berpikiran possitif (husnudhon), menjauhi ujaran kebencian dan sikap-sikap lain yang membuat orang lain merasa tidak nyaman. Kedua, bersikap tasamuh. Ketiga, memberikan penekanan agar siswa mempunyai kearifan lokal, bijaksana dan memberikan apresiasi terhadap budaya lokal. Keempat menanamkan pemahaman pada siswa tentang pentingnya membangun relasi bukan hanya inter namun juga antar agama, yaitu relasi yang berbasis pada kemanusiaan dan kebangsaan (AF).