Oleh: Aziz Fuadi
(ASN BDK Surabaya)
Pernahkah Anda menmui kondisi kerja seperti berikut ini? Suatu bagian atau departemen terlihat dominan dibanding bagian lain. Dalam meeting bersama, bagian tersebut juga tampak anti terhadap kritik dan terkadang memaksakan kehendaknya. Mereka juga beranggapan bahwa hanya bagian/timnya yang paling baik sehingga mendominasi setiap proses pembuatan keputusan dalam organisasi.
Fenomena tersebut dinamakan groupthink. Istilah groupthink pertama kali diperkenalkan oleh Irving Janis (1972). Janis menggambarkan groupthink sebagai sebuah kondisi di mana kelompok lebih mengutamakan konsensus dan keharmonisan internal dibanding pemikiran kritis dan koreksi dari apa yang dilakukan kelompok. Dalam praktiknya, fenomena groupthink ditandai dengan tidak bersedianya kelompok atau bagian dalam organisasi untuk menerima kritik dan saran dari kelompok atau bagian lain. Mereka berpikir bahwa kelompoknya yang paling hebat dan tak tertandingi.
Fenomena groupthink bisa muncul di mana saja, baik di organisasi maupun di masyarakat dengan perwujudan yang berbeda. Jika berada di organisasi, maka akan muncul kelompok dalam organisasi yang terlihat dominan. Namun jika muncul di masyarakat, maka akan tampil kelompok yang merasa dirinya superior dan dominan dibanding yang lain.
Kelompok yang telah terjangkiti groupthink sudah menganggap bahwa keputusannya selalu benar. Kelompok tersebut menolak opini yang tidak sejalan dengan pandangan mereka. Kelompok cenderung menilai kelompok lain dengan ukuran mereka, sehingga kebenaran yang tidak bersumber dari kelompoknya akan mereka abaikan dan dianggap salah.
Dilihat dari kualitas keputusan, kelompok yang terkena groupthink cenderung membuat keputusan yang buruk karena kelompok kehilangan kemampuan untuk melihat alternatif dalam pengambilan keputusan. Mereka juga tak mampu merespon perubahan secara efektif, sehingga perubahan yang terjadi di lingkungan tidak dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan. Mereka lebih meyakini bahwa keputusan kelompok selalu benar tanpa memperhitungkan faktor perubahan yang ada dalam lingkungan.
Beberapa Penyebab Groupthink
Terdapat beberapa yang menyulut terbentuknya groupthin, yaitu:.
Rasa bangga atas identitas kelompok. Kebanggaan yang berlebih pada kelompok menjadikan anggota kelompok yakin bahwa kebenaran hanya ada pada kelompoknya. Ketika ada pendapat yang bertentangan dengan pendapat mayoritas kelompok, anggota kelompok cenderung menolaknya tanpa harus meganalisis dan mendalami pendapat tersebut terlebih dahulu.
Anggota kelompok yang homogen. Kelompok dengan komposisi jumlah anggota yang homogen atau tingkat perbedaan yang kecil cenderung terkena groupthink dibandingkan dengan kelompok dengan anggota yang bervariasi dan penuh perbedaan. Dalam kelompok seperti itu, sangat jarang terjadi silang pendapat sehingga sebagian besar anggota kelompk akan menyuarakan hal yang sama. Sedangkan anggota yang tidak sependapat hanyalah berjumlah sedikit dan tidak mampu mempengaruhi keputusan kelompok. Anggota yang pengaruhnya lemah cenderung tersingkir dan tidak mau menyuarakan pendapatnya meskipun sebenarnya pendapatnya berbeda dari pendapat mayoritas kelompok.
Kepercayaan diri yang berlebih. Tingkat kepercayaan diri yang berlebih pada kelompok akan menimbulkan groupthink karena munculnya anggapan bahwa tak ada kelompok yang lebih hebat selain kelompoknya. Apalagi didukung oleh anggota kelompok yang dapat diandalkan dan menunjukkan dominasinya dibandingkan kelompok lain dalam organisasi. Kondisi tersebut semakin menambah kepercayaan diri pada anggota kelompok ketika kelompoknya dianggap memiliki posisi penting dalam organisasi.
Ketidakmampuan kelompok dalam mengevaluasi diri. Evaluasi diri menjadi proses agar kehidupan kelompok menjadi sehat. Selain kebaikan dan prestasi, kelompok juga perlu menilai kekurangan dan kelemahan yang dimiliki. Tujuannya, agar kelompok mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan tetap eksis menghadapi perubahan lingkungan. Ketika kelompok tidak mampu menilai kelemahan dan kekurangannya, mereka cenderung menganggap bahwa kelompok berjalan di atas kebenaran. Apalagi budaya yang dibentuk kelompok adalah budaya anti kritik. Hal tersebut akan memperkuat timbulnya fenomena groupthink.
Mengatasi Munculnya Groupthink
Timbulnya groupthink bisa berdampak positif, seperti cepatnya tercapainya kesepakatan dalam kelompok, solidaritas kelompok cenderung kuat, komunikasi yang efisien dalam kelompok dan tingginya kemampuan kelompok dalam mengatasi konflik hubungan yang terjadi. Namun, dampak negatif dari munculnya groupthink lebih besar dibanding dampak positifnya. Karenanya, munculnya groupthink perlu diatasi agar tak terjadi efek negif pada kelompok. Berikut ini beberapa cara dalam mengatasi timbulnya groupthink.
Kepemimpinan terbuka. Suasana dalam kelompok perlu didesain agar anggota bisa menyampaikan pendapat, kritik dan saran secara terbuka. Sedangkan pemimpin kelompok perlu membudayakan sikap saling terbuka. Ia membiasakan berdialog untuk membicarakan permasalahan yang ada tanpa timbul rasa takut dari anggota ketika mengutarakan pendapatnya. Anggota kelompok diberikan keleluasaan untuk memberikan ide, pandangan dan pemikiran kritis terhadap setiap proses yang ada dalam kelompok. Ketika terjadi kebekuan dalam kelompok di mana anggota terlihat pasif dan tidak menyuarakan pendapatnya, pemimpin kelompok berperan memberikan stimulus agar suasana dalam kelompok lebih dinamis.
Membentuk kelompok dengan anggota yang beragam. Keragaman anggota dari segi pengalaman, ide, pemikiran dan sikap cenderung akan mengurangi munculnya groupthink. Keragaman tersebut mendorong anggota kelompok untuk berbagi pendapat, pandangan, pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda sehingga akan timbul pemahaman baru. Pada akhirnya mereka akan terbiasa membuat keputusan berdasarkan kesepakatan kelompok dan berdasarkan pendapat dari semua anggota kelompok. Sedangkan anggota kelompok yang homogen cenderung mempunyai sikap dan pemikiran yang sama. Keputusan dalam kelompok seringkali disetujui oleh semua anggota kelompok tanpa ada proses kaji ulang dan analisis yang lebih dalam tentang keputusan tersebut.
Melibatkan penilai eksternal. Penilaian yang bersifat independen terhadap proses yang ada dalam kelompok dapat mengurangi terjadinya groupthink. Penilaian dari pihak luar kelompok dimungkinkan bersifat netral dan obyektif atas apa yang terjadi dalam kelompok. Hadirnya pihak ekternal juga dapat memberikan umpan balik atas apa yang terjadi pada kelompok dan memberikan stimulus pada anggota kelompok agar memberikan pendapat dan pemikirannya pada kelompok. Pihak eksternal yang dipilih sebaiknya tidak ada keterkaitan kepentingan dan tidak mempunyai hubungan yang erat secara psikologis dengan amggota yang ada dalam kelompok.
Memberikan tugas dan peran yang jelas. Tugas dan peran yang jelas pada anggota kelompok memungkinkan anggota kelompok untuk fokus terhadap tanggung jawabnya dan akan menyelesaikan tanggung jawabnya sesuai dengan kretaivitas mereka. Mereka pada akhirnya tidak hanya bersfat konformis atas apa yang disampaikan orang lain, melainkan mampu memberikan ide-ide dan pemikiran yang bisa jadi bertentangan dengan pemikiran orang lain. Sedangkan kelompok dengan tugas dan peran angota yang kurang jelas cenderung akan menerima keputusan anggota yang lebih mendominasi kelompok. Keputusan yang ada dalam kelompok akan ditentukan oleh kuatnya pengaruh sebagian anggota yang tampak dominan tersebut sementara anggota lain hanya menyetujuinya.
Dengan cara tersebut fenomena groupthink dapat dihindari atau minimal bisa meminimalisir dampak groupthink ketika groupthink telah terjadi dalam kelompok.