Oleh: Aziz Fuadi
(ASN BDK Surabaya)
Kompetensi pegawai menjadi unsur penting dalam peningkatan kinerja organisasi. Banyaknya pegawai yang kompeten akan berdampak pada tercapainya tujuan organisasi bahkan berpengaruh terhadap eksistensi organisasi dalam jangka panjang. Namun, pegawai yang mengalami penurunan kompetensi juga mempunyai efek negatif terhadap kelangsungan hidup organisasi. Beberapa gejala berikut mengindikasikan penurunan kompetensi pegawai yang perlu diwaspadai.
Jika terjadi penurunan kinerja individu, hal tersebut menjadi tanda awal penurunan kinerja pegawai. Jika ada penurunan secara bersamaan dalam pencapaian target produk, pelayanan kepada customer yang buruk atau hasil kerja yang kurang berkualitas; hal tersebut bisa menjadi indikasi adanya penurunan kompetensi pegawai.
Pekerjaan rutin tiap hari idealnya dapat diselesaikan oleh pegawai dengan mudah, meskipun terdapat perubahaan dalam prosedur dan metode kerja, biasanya pegawai akan dengan mudah mengikuti perkembangan tersebut, misalnya penggunaan teknologi baru. Pegawai yang kompeten akan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Namun jika ternyata ada pegawai yang kesulitan menjalankan tugasnya sehari-hari, hal tersebut menandakan bahwa terjadi penurunan kompetensi pada pegawai. Organisasi bisa mengatasinya dengan melakukan coaching atau pelatihan bagi pegawai yang terindikasi kurang kompeten, dengan terlebih dahulu melakukan penilaian kompetensi pada mereka.
Keterlambatan atau sering tidak masuknya pegawai perlu diwaspadai. Jika keterlambatan dan tidak masuknya pegawai dengan alasan yang tidak tepat, maka diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap lingkungan kerja. Apakah hal tersebut terjadi karena beban kerja yang berlebih, tingkat pengawasan yang kurang atau keadaan alami karena bersumber dari diri pegawai. Jika ternyata bersumber dari diri pegawai, kejadian tersebut bisa jadi menjadi tanda menurunnya motivasi pegawai yang berujung pada penurunan kompetensi pegawai. Mereka bisa jadi mengalami kejenuhan sehingga sehingga perlu penanganan khusus untuk memulihkan semangat kerja mereka.
Kompetensi tidak hanya mencakup keterampilan teknis, tetapi kompetensi manajerial seperti kemampuan dalam berkomunikasi, bekerja sama, adaptif terhadap perubahan, pengambilan keputusan, berorientasi pada hasil inisiatif dan motivasi. Jika pada pegawai mulai terdapat tanda-tanda kurangnya inisiatif dan motivasi, hal tersebut juga menjadi peringatan bahwa terdapat penurunan kompetensi pada pegawai. Apalagi kurangnya inisiatif dan motivasi tersebut diiringi dengan sikap penolakan dari pegawai terhadap tugas-tugas baru. Maka indikasi bahwa pegawai tersebut mengalami penurunan kompetensi akan tampak jelas.
Kurangnya Semangat Pengembangan Diri
Pegawai yang kompeten secara terus-menerus berusaha untuk meningkatkan keterampilan mereka. Mereka akan peduli dengan pengembangan diri mereka melalui belajar andiri ataupun dengan mengikuti seminar atau pelatihan. Mereka yang secara aktif mengembangkan diri, berarti masih adanya daya juang dan efikasi diri bahwa mereka akan berhasil dalam mengerjakan sesuatu. Sebaliknya, jika pterjadi penurunan semangat untuk mengebangkan diri, hal tersebut menandakan bahwa mereka hanya pasrah menerima keadaan, sehingga ketika terjadi pemutusan hubungan kerja; biasanya pegawai yang bertipe seperti itu yang akan menerima dampak dari pemutusan hubungan kerja
Penilaian terhadap pegawai juga bisa dilakukan beragam cara, termasuk adanya umpan balik dari rekan kerja dan atasan. Umpan balik tersebut akan mencerminkan kinerja dan kontribusi seorang pegawai terhadap organisasi. Adanya umpan balik yang negative negatif seperti keluhan tentang ketidakmampuan untuk bekerja sama dalam tim dan berkurangnya kualitas pelayanan, hal tersebut bisa menjadi tanda adanya penurunan kompetensi.
Perubahan ligkungan, seringkali tidak dapat diprediksi sehingga perubahan tersebut menuntut pegawai untuk cepat menyesuaikan diri. Adanya teknologi baru atau sistemkerja baru yang lebih menekankan pada penggunaan teknologi informasi akan memaksa pegawai untuk mengikutinya. Jika mereka akan tertinggal bahkan menjadi pegawai yang usang. Adanya keselutin untuk menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi menandakan bahwa kompetensi pegawai mengalami penurunan. Kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tersebut pada akhirnya akan berdampak pada kinerja organisasi, seperti pelayanan terhadap pelanggan dan stakeholder dari organisasi.
Ketika menghadapi tanda-tanda tersebut, organisasi bisa mengambil langkah untuk pencegahan agar penurunan kompetensi tersebut tidak berlanjut. Rencana pengembangan pegawai segera disusun melalui pelatihan, coaching ataupun bimbingan teknis, tergantug dari hasil penilaian yang dilakukan terhadap pegawai. Gap kompetensi pada tiap pegawai bisa saja berbeda sehingga penerapan penanganannya pun sangat berbeda.