“Dengan pola MOOC, semua orang bisa diklat karena diklatnya mandiri, belajar sendiri dan ngeprint sertifikat sendiri,” jelasnya.
Namun, menurutnya, tidak semua jenis pelatihan akan diterapkan model MOOC. Pelatihan yang membutuhkan penguatan karakter seperti Pelatihan Moderasi Beragama, tetap dipertahankan dengan model konvensional, face to face, karena membutuhkan karakter kebangsaan.
Sedangkan untuk menjamin kualitas MOOC agar sama dengan kualitas pelatihan pola konvensional, dalam penjelasannya, maka widyaiswara yang bertanggung jawab.
Di samping itu, pria yang meraih pangkat akademik profesor dari UIN Raden Fatah Palembang tersebut berharap agar widyaiswara di Kemenag mampu sejajar dengan para pakar di forum internasional. Karenanya, ia berencana akan meningkatkan kompetensi Bahasa Inggris bagi widyaiswara, sebelum mereka dilibatkan dalam forum internasional.
Pada kesempatan tersebut juga diumumkan 3 satuan kerja terbaik dalam hal kemampuannya menjadi menjadi mitra dalam penyelenggaraan pelatihan di wilayah kerja, yaitu Kantor Kemenag Kabupaten (Kab.) Lumajang (terbaik pertama), Kantor Kemenag Kab. Tulugagung (terbaik kedua) dan Kantor Kemenag Kota Blitar (terbaik ketiga). (AF).