Oleh: Wikaning Tri Dadari
Pada Kamis (22/6) lalu, dua kakak beradik asal Indonesia yang kini sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat, meluncurkan sebuah platform digital berbasis artificial intelligent (AI) yang berfokus pada dunia pendidikan bernama MASA AI.
Jason Sudirjo, founder MASA AI, bercerita pada CNBC Indonesia bahwa ia melihat sistem edukasi di Indonesia masih kurang optimal, khususnya bagi bimbingan belajar dari segi jumlah tutor, waktu yang tersedia, dan jangkauan harga.
Atas pertimbangan tersebut, Jason dan kakaknya Davin Sudirjo, serta satu co-founder lainnya Wilson Liang, berkeinginan untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan Indonesia dengan menghadirkan produk AI yang diberi nama Jennie. Jennie diklaim sebagai “teman belajar” dengan harga terjangkau.
Kecerdasan buatan ini dikatakan mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, memberi pembelajaran dan latihan sesuai kebutuhan masing-masing siswa, simulasi tes, hingga nilai prediksi tes.
Apa yang dilakukan oleh dua bersaudara ini tentu patut diberikan apresiasi luar biasa. Bagaimana tidak? Keduanya mampu memberikan solusi atas masalah pendidikan di Indonesia dengan tetap mengimbangi zaman. Di sisi lain, ada pihak yang tampaknya ketar ketir. Ya, guru. Sebagian dari mereka bertanya-tanya apakah profesinya akan terganti oleh robot?
Apakah AI Akan Gantikan Guru Manusia?
Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital UI, Firman Kurniawan melihat potensi pemanfaatan teknologi AI dalam dunia pendidikan, namun untuk menggantikan peran guru secara langsung masih perlu ditelaah lebih lanjut.
Sebenarnya, ada banyak alasan mengapa AI tidak akan pernah dapat menggantikan guru manusia. Pertama tentang hubungan interpersonal, AI tidak memiliki kemampuan untuk benar-benar memahami emosi dan pengalaman manusia. Artinya, AI tidak dapat mengajar atau terhubung secara efektif dengan siswa pada tingkat pribadi seperti yang dapat dilakukan oleh guru manusia.
Selain itu, AI belum mampu membuat jenis kesimpulan yang sama seperti dilakukan guru manusia dalam hal mengajar. Guru mampu melihat perkembangan siswa secara holistik termasuk aspek sosial, emosional, karakter, dan umpan balik lebih mendalam serta dapat menyesuaikan gaya mengajar dengan cepat berdasarkan kebutuhan siswa.
Terakhir, guru manusia mampu memberikan teladan penting untuk siswa. Guru dapat membawa pemahaman konteks budaya dan nilai, mereka menanamkan etika dan moral dalam pengajaran untuk membentuk karakter siswa. Bagaimanapun, guru merupakan penggerak utama yang tidak tergantikan.
Berdampingan dengan AI
Ibarat suplemen, kehadiran AI dapat mendukung keberadaan guru dalam proses pendidikan. Ketika digunakan dalam kombinasi yang sesuai dengan pengajaran konvensional, AI dapat membantu guru untuk mempersonalisasi instruksi dengan lebih efektif, mengidentifikasi kebutuhan dan menanganinya, serta memberikan umpan balik secara realtime.
Instruksi yang dipersonalisasi dapat digunakan untuk melengkapi pengajaran guru manusia. Dengan melacak kemampuan siswa dan memahami gaya belajar individu, sistem AI dapat menawarkan rekomendasi untuk setiap siswa. Hal ini membantu untuk memastikan semua siswa memiliki akses pendidikan yang memenuhi kebutuhan unik mereka. Sejalan dengan pembelajaran diversifikasi dalam kurikulum merdeka.
Di samping itu, AI dapat digunakan untuk melengkapi pengajaran guru manusia dalam mengidentifikasi area yang membutuhkan. Contoh konkritnya, jika suatu materi pembelajaran menyulitkan siswa, sistem AI dapat menganalisis data untuk mengidentifikasi siswa mana yang mengalami kesulitan berikut alasannya. Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk menyusun rencana pengajaran.
AI juga dapat digunakan dalam memberikan respon terhadap permasalahan siswa secara realtime. Hal ini akan membantu misalnya dalam kasus dimana seorang siswa secara konsisten mendapatkan nilai rendah dalam tes, AI dapat memberikan notifikasi pada guru terkait masalah ini sehingga guru secara responsif dapat segera memberikan bantuan ekstra.
AI adalah kekuatan yang menakjubkan, tapi kebijaksanaan manusialah yang memberinya arah. Jika berjalan beriringan, maka akan tercipta kecerdasan yang membawa manfaat bagi umat manusia.
Referensi: