Oleh: Wikaning Tri Dadari
Perilaku pamer atau kini populer dengan sebutan flexing tampaknya sudah menggejala di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan keluarganya. Pasca kasus yang menimpa salah satu pejabat Direktorat Jenderal Pajak, merembet ke berbagai kasus di Direktorat Bea dan Cukai, Kepolisian, KPK, termasuk pejabat pemerintah daerah dan keluarganya, kini publik semakin menyoroti sikap dan laku ASN.
ASN seolah tak boleh kaya. Meski kaya, ASN sejatinya dibebani komitmen moral untuk peka memahami kondisi masyarakat.
Mengutip dari VOA, Guru Besar Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP), Fisipol, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo mengatakan ada prasyarat bagi ASN terkait kekayaan yang dimilikinya.
Menurutnya, dari hitungan pendapatan sebagai abdi negara, sebenarnya sulit bagi ASN untuk bergelimang harta. Oleh sebab itu, jika ada ASN kaya raya, negara harus memastikan bahwa harta itu diperoleh secara wajar.
Sebenarnya, menjadi kaya raya tanpa korupsi tidak mustahil dilakukan ASN. Melansir dari Kompas.com salah satu cara agar ASN menjadi kaya tanpa korupsi adalah dengan berinvestasi. Karena kini investasi bukan hal yang mewah lagi, semua orang punya kesempatan untuk mengembangkan uangnya lewat jalan investasi, termasuk ASN.
Beberapa tips yang dapat dilakukan ASN untuk memulai investasi akan dibahas berikut ini.
ASN yang memiliki niat berinvestasi dapat mulai mengurangi pengeluaran yang tidak terlalu penting. Misalnya, membawa bekal alih-alih membeli makan siang. Mengurangi kebiasaan merokok atau jajan di luar untuk menghemat pengeluaran. Setelah berhasil mengubah pola pikir dan menjaga pengeluaran, PNS dapat memulai investasi awal sebesar 10% dari pendapatan. Kita ambil contoh bahwa gaji yang diterima sebesar 10 juta rupiah per bulan. Gaji yang diterima pada tanggal 1 setiap bulannya bisa langsung disisihkan sebesar 1 juta rupiah untuk investasi.
Idealnya, ASN perlu menyiapkan dana darurat terlebih dahulu sebelum berinvestasi. Besaran dana darurat yang harus dikumpulkan ASN sebesar tiga hingga enam kali pengeluaran bulanan. Meski begitu, berinvestasi tidak perlu menunggu hingga seluruh dana darurat terkumpul. Dana investasi dapat diambil dari pemasukan bulanan, sedangkan dana darurat dapat dikumpulkan dari sebagian gaji ke-13. Jika ingin menambah besaran investasi, 10% – 20% dari THR atau gaji ke-13 dirasa sudah cukup.
ASN memiliki jam kerja yang teratur, umumnya jam 7.00 hingga 16.00. Selain itu, tugas-tugas dari atasan juga menuntutnya untuk fokus menyelesaikan pekerjaan. Sehingga instrumen investasi yang dipilih hendaknya tidak mengganggu rutinitas dan tanggung jawabnya. Hindari investasi saham. Sebab berinvestasi pada instrumen ini perlu memantau dan menganalisis kondisi pasar, pergerakan IHSG, hingga membaca laporan keuangan peusahaan. Dengan jam kerja ASN, sulit berinvestasi pada instrumen ini walaupun keuntungannya besar.
Dilansir dari laman resmi OJK, Risza Bambang, Chairman oneshildt, Financial Planning, menyampaikan bahwa investasi di sektor riil juga kurang cocok untuk ASN karena rumit dan harus meluangkan waktu lebih banyak. Contohnya membuka warung yang membutuhkan waktu dan tenaga, atau berbisnis properti karena sektor ini membutuhkan perhatian khusus.
Lebih baik, memilih instrumen investasi yang aman dan tidak menyita waktu seperti reksa dana karena ada manajer investasi yang membantu memutar uang untuk mendapatkan hasil. Pemilihan jenis reksadana juga perlu disesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Selain itu, ASN juga dapat berinvestasi pada obligasi, deposito, atau sukuk tabungan.
Diversifikasi investasi penting dilakukan untuk meminimalisir kerugian dari satu instrumen investasi. Misalnya, investasi di reksadana dan menanam modal dengan membeli ORI. Jika suatu saat reksadana rugi, ORI menguntungkan karena besaran imbal hasilnya tetap sampai jatuh tempo. Selain itu, juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder sehingga berpotensi mendapatkan capital gain.
Jika budget pas-pasan, investasi di lebih dari satu instrumen tidak perlu menggunakan gaji. Keuntungan dari satu instrumen dapat dipakai untuk modal diversifikasi investasi. Dengan demikian, hasil keuntungan tetap diputar investasi, sehingga uang semakin “berkembang biak.”
Saat ini, investasi bisa dimulai dengan modal receh. Mulai dari 10.000 hingga 100.000. Investasi dapat diawali dengan modal kecil jika masih khawatir merugi. Jika dirasa hasilnya menguntungkan, tambah modal agar imbal hasil meningkat.
Referensi:
https://www.voaindonesia.com/a/asn-boleh-kaya-flexing-jangan-/7014336.html