Oleh: Anton Sasono
(ASN BDK Surabaya)
Kelompok atau bagian yang dibentuk dalam orgainisasi bertujuan untuk pembagian tugas dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam perjalanannya, hubungan antar kelompok dalam organisasi tidak selamanya berjalan baik. Beberapa konflik, baik dalam skala rendah, sedang maupun tinggi, bisa jadi muncul akibat adanya perbedaan pandangan dan persepsi dalam menyikapi sebuah permasalahan dalam organisasi.
Ketika muncul masalah dalam orgaisasi, seringkali kelompok akan mengutamakan kepentingan kelompok mereka, atau paling tidak permaslaahan tersebut jangan sampai menggerus sebagian besar kepentingan kelompok. Kondisi tersebut juga terjadi pada kelompok lain, sehngga masing-masing kelompok akan berupaya agar kepentingannya tidak dikorbankan.
Kondisi tersebut menimbulkan kesetiaan anggota terhadap kelompok meningkat. Fanatisme kelompok akan semakin berkembang seiring dengan penyebaran komand dari ketua kelompok atau orang berpengaruh dalam kelompok bahwa kepentingan kelompoknya pantas diperjuangkan. Kondisi tersebut bisa jadi mengarah pada timbulnya groupthink, di mana terdapat pemikiran yang sama dalam kelompok bahwa kelompoknya yang paling benar dan kelompok lain salah.
Persaingan antar kelompok tersebut pada akhirnya akan menimbulkan semangat pada kelompok bahwa mereka harus memenangkannya. Beberapa alasan akan dikemukakan oleh tiap kelompok bahwa permasalahan organisasi akan mampu diselesaikan ketika organisasi menerima usulannya, sedangkan kelompok lain juga menyampaikan hal yang serupa, bahwa usulan dari kelompoknya adalah solusi jitu untuk menyelesaikan permaslaahan organisasi. Kondisi tersebut diperparah ketika adanya ancaman dari anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, dan berupaya memaksakan kehendak terhadap kelompok lain. Maka konflik antar kelompok akan berkepanjangan.
Beberapa langkah berikut bisa diterapkan ketika organisasi menghadapi konflik antar kelompok, yaitu penetapan sasaran bersama, negosiasi, pertukaran anggota kelompok, mengurangi saling ketergantungan antar kelompok, pelatihan pengembangan tim dan mengelola alokasi sumber daya.
Penetapan Sasaran Bersama
Ketika konflik masih terjadi antar kelompok, sangat penting bagi pemmpin organisasi untuk membuat sasaran bersama yang memaksa kedua kelompok tersebut untuk bekerja sama. Sasaran tersebut perlu didesain agar kedua kelompok mempunyai kepentingan untuk meraihnya sehingga mereka saling berkolaborasi dan menyumbangkan kinerjanya. Pada saat yang bersamaan diperlukan penguatan dari pemimpin organisasi bahwa pencapaian sasaran bersama tersebut adalah jalan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Pada akhirnya, mereka tidak hanya bepikir tentang kepentingan kelompoknya, namun diajak unuk memikirkan hal yang lebih besar, yaitu tujuan organisasi.
Negosiasi
Negosiasi sebagai cara yang biasa digunakan ketika terjadi konflik antar kelompok. Pada cara ini perwakilan dari kelompok yang berkonflik duduk bersama untuk membahas secara rasional perbedaan-perbedaan yang menimbulkan masalah antar keduanya. Ketika kedua kelompok telah menemukan permasalahan selanjutnya mereka bisa mengemukakan solusi dan membuat kesepakatan yang adil menurut kedua kelompok. Indikator dari rasa keadilan tersebut adalah ketika kesepakatan yang telah dibuat diterima oleh kedua kelompok tersebut. Karenanya, hasil dari kesepakatan tersebut tidak boleh menyisakan persepsi pemenang atau pecundang pada kelompok, namun kedua kelompok merasakan kepuasan atas kesepakata tersebut.
Konflik biasanya akan menimbulkan buntunya komunikasi antar keduanya sehingga memerlukan mediator yang menjembatani antar kelompok. Manajer umum yang ada pada organisasi bisa berperan sebagai mediator ketika konflik tersebut melibatkan bagian-bagian dalam organisasi, sedangkan konflik yang terjadi pada kelompok dalam satu bagian maka mediatornya bisa dipegang oleh manajer pada bagian tersebut atau manajer pada bagian lain yang dianggap netral. Netralitas mediator ini sangatlah penting agar hasil kesepakatan memberikan rasa keadilan pada kedua kelompok. Sedangkan mediator yang tidak adil cenderung akan memaksakan kesepakatan sehingga kesepakatan dirasa akan merugikan salah satu keompok.
Pertukaran Anggota Kelompok
Pertukaran anggota kelompok dapat menjadi alternati dalam menyelesaikan konflik. Bertukarnya anggota akan memberikan dampak pada semakin pahamnya anggota tersebut terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi ketika berada di posisi lawan. Konflik dimungkinkan akan terjadi ketika adanya persepsi yang keliru pada kelompok terhadap kelompok lain. Persepsi tersebut akan terus berkembang sedangkan anggota pada tiap kelompok tidak mencoba untuk berpikir dan merasakan ketika mereka berada pada posisi lawan. Pertukaran anggota tersebut tentunya perlu memperhatikan kompetensi anggota ketika berada pada kelompok lain. Jangan sampai kinerja individu menurun karena adanya pertukaran anggota atau dipindahnya seorang pegawai ke bagian lain dengan pekerjaan baru yang belum pernah ditangani.
Mengurangi Ketergantungan Antar Kelompok
Konflik seringkali terjadai karena dua kelompok saling tergantung dalam pekerjaan atau kedua keompok mempunyai pekerjaan yang bersinggungan sehingga pekerjaan pada kelompok akan menjadi input bagi keompok lain. Untuk mengatasinya, ketergantungan tersebut dapat dikurangi dengan mengubah struktur dan sistem kerja di mana kedua kelompok tersebut tidak saling tergantung, misalnya ada sistem kerja baru di mana kelompok harus berkoordinasi dengan bagian tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan kelompok. Maka kedua kelompok yang berkonflik tersebut tidak saling berinteraksi, sehingga ketegangan tidak akan terjadi lagi.
Pelatihan Pengembangan Tim
Pelatihan pengembangan tim ini adalah pelatihan yang dilakukan dengan cara bertukar peran antara kelompok yang berkonflik. Selanjutnya anggota kelomok diminta untuk menyampaikan pendapatnya ketika berperan menjadi kelompok lawan sesuai dengan persepsi dan pengalaman yang mereka rasakan ketika berada dalam kelompok lawan. Dengan pelatihan semacam ini, anggota kelompok akan lebih mudah memahami permasalahan yang dihadapi kelompok lain disertai dengan kesulitan-kesulitan dan tantangan yang dihadapi ketika berada dalam kelompok tersebut. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah membentuk persepsi positif dan kesepahaman anggota kelompok terhadap kelompok lain, yang pada akhirnya akan timbul kerja sama yang erat antar kelompok.
Mengelola Alokasi Sumber Daya
Konflik seringkali terjadi karena alokasi sumber daya yang kurang seimbang pada kelompok. Sumber daya tersebut dapat berupa uang, sesuatu yang bernilai uang, waktu atau perlatan. Ketidakseimbangan pembagian sumber daya tersebut akan menimbulkan persepsi negatif kelompok terhadap kelompok lain. Mereka yang mempunyai sumber daya yang kurang akan cenderung memprotes kekurangan tersebut yang berlanjut dengan ketegangan, sementara kelompok dengan kelebihan sumber daya akan merasa nyaman. Karenanya, alokasi sumber daya perlu dikelola agar tidak menimbulkan ketimpangan yang menyolok. Pengelolaan tersebut tentunya memperhatikan kebutuhan pada tiap kelompok sehingga akan menimbulkan rasa keadilan pada kelompok. Pada proses tersebut diperlukan pemimpin yang memahami kebutuhan sumber daya pada tiap kelompok sehingga mampu mengalokasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan kelompok dengan memperhatikan tingkat efisiensi pada organisasi.