Oleh: Aziz Fuadi
(ASN BDK Surabaya)
Kelompok atau tim dibentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang timbul secara bersamaan sehingga tidak bisa diselesaikan oleh satu orang. Masing-masing individu diharapkan berkontribusi dalam pekerjaan tersebut. Pada kenyataannya, ketika kelompok kerja dibentuk tidak semua anggota kelompok menyumbangkan kinerjanya, melainkan terjebak dalam social loafing.
Social Loafing adalah fenomena yang terjadi pada kelompok di mana idividu yang menjadi anggota kelompok mengurangi usaha dan kontribusinya saat bekerja dalam kelompok. Biasanya kondisi tersebut terjadi karena adanya ekspektasi positif dari individu terhadap anggota kelompok, bahwa pekerjaan telah dikerjakan oleh anggota lain yang lebih mampu.
Penyebab Social Loafing
Secara terperinci timbulnya social loafing disebabkan oleh beberapa kondisi dalam kelompok, diantaranya:
Kepercayaan bahwa Kontribusi Individu Tidak Penting. Seseorang cenderung untuk kurang berkontribusi dalam kelompok karena ia beranggapan bahwa kontribusinya tidaklah penting dan tidak berpengaruh terhadap hasil kerja kelompok. Apalagi diperparah oleh kenyataan bahwa ada anggota kelompok yang mendominasi dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok. Maka akan memicu munculnya social loafing.
Kekurangan Rasa Tanggung Jawab. Seseorang dengan tingkat rasa tanggung jawab yang rendah cenderung akan malas berkontribusi terhadap kinerja kelompok. Ketika berada dalam kelompok dengan anggota yang berkinerja tinggi, seseorang dengan tingkat tanggung jawab yang rendah akan mengurangi kinerjanya, bahkan tidak berkinerja dengan dalih bahwa pekerjaan telah dilakukan oleh anggota lain
Kurangnya Pengawasan dan Motivasi dari Ketua Kelompok. Ketua keompok bertanggung jawab atas suksesnya kelompok. Sedangkan kesuksesan tersebut dapat dicapai ketika semua anggota kelompok saling menyumbangkan kinerjanya untuk kelompok. Untuk mewujudkannya, diperlukan pemimpin kelompok yang mampu mengawasi dan membrikan motivasi kepada anggota untuk berkontribusi terhadap kinerja kelompok. Ketika pemimpin kelompok kurang berperan dalam pengawasan dan membangun spirit kelompok, maka anggota cenderung untuk menampilkan kinerja apa adanya, karena ada beberapa tipe anggota yang membutuhkan pengawasan dan motivasi dari pemimpin kelompok agar kinerjnaya meningkat.
Tidak Adanya Komitmen Awal Saat Terbentuknya Kelompok. Komitmen awal ketika kelompok terbentuk sangatlah penting untuk membangun kekompakan dan keberhasilan kelompok. Ketika komitmen tidak ada, anggota kelompok akan menampilkan kinerjanya sesuai dengan persepsinya masing-masing. Bagi mereka yang telah terbiasa bekerja dengan produktivitas yang tinggi, cenderung akan menampilkan kinerjanya, namun bagi anggota yang terbiasa kurang prduktif maka akan menampilkan kinerja seadanya, bahkan mengurungkan untuk berkinerja karena pekerjaan telah dilakuka orang lain.
Sistem Penghargaan yang tidak Menghitung Tingkat Kinerja Individu. Ketika sistem penghargaan yang diterapkan dalam kelompok tidak menghitung capaian kinerja individu, maka seseorang cenderung tidak termotivasi untuk berkontribusi dalam kelompok. Anggota kelompok akan menganggap bahwa kinerja tinggi ataupun rendah, tidaklah berpengaruh terhadap pendapatan yang diperolehnya. Maka anggota kelompok dengan tipe transaksional sangat rentan mengalami social loafing ketika dalam kelompok tersebut memberlakukan pemberian penghargaan dengan jumlah yang sama pada tiap anggota, tanpa memandang tingkat kinerjanya.
Kurangnya Kompetensi Bekerja dalam Kelompok. Kurangnya kompetensi bekerja dalam kelompok bisa menjadi pemicu munculnya social loafing. Bekerja dalam kelompok sangatlah berbeda dengan bekerja secara individual. Di dalamnya, membutuhkan kerja sama, komunikasi, saling berbagi, saling percaya dan saing membantu antar anggota kelompok. Bagi seseorang yang merasa nyaman dan terbiasa bekerja sendirian, bekerja dalam kelompok justeru menghambatnya dalam menampilkan kinerjanya. Ia cenderung tidak berpartisipasi aktif dalam kelompok atau tingkat kinerjanya tidak optimal.
Cara Mengatasi Social Loafing
Fenomena social loafing akan berdampak kurang baik bagi kelompok. Kinerja kelompok pada akhirnya hanya didukung oleh kinerja beberapa anggota karena sebagian anggota kurang berkontirbusi terhadap kinerja kelompok. Pada akhirnya kondisi tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pada anggota. Bagi anggota yang secara total telah berkontribusi terhadap kinerja kelompok, ia akan merasa tidak adil karena telah berkontribusi lebih, sementara anggota yang lain tidak melakukan hal yang sama. Sedangkan pada angota yang tidak berkontribusi secara optimal juga akan merasa tidak nyaman karena keberadaannya tidak diperhitungkan dalam kelompok. Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan:
Tetapkan Tujuan yang Jelas. Sebelum kelomok bekerja, terlebih dahulu perlu menetapkan tujuan yang jelas dan terukur. Tujuan tersebut dinyatakan secara spesifik dan terdapat indikator tercapainya tujuan. Juga disertai tahapan untuk mencapai tujuan tersebut. Dari tujuan tersebut selanjutnya diturunkan menjadi pekerjaan riil yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok. Dengan tujuan yang jelas tersebut diharapkan tiap anggota akan berkontribusi nyata terhadap kinerja kelompok.
Buat Komitmen Awal Ketika Kelompok Terbentuk. Komitmen awal sangat menentukan kinerja dan tingkat kontribusi anggota kelompok. Komitmen tersebut menjadi kesepakatan bersama bahwa tiap anggota akan berkinerja dan mendukung tujuan kelompok. Karenanya, komitmen perlu dibuat dan disetujui oleh semua anggota. Komitmen tersebut dinyatakan secara tertulis dan ditandatangani oleh semua anggota. Tujuannya agar semua anggota ikut bertanggung jawab dan melaksanakan komitmen yang telah dibuat. Poin-poin yang tertera dalam komitmen awal dinyatakan secara terbuka, jelas dan dipahami oleh semua anggota. Tentunya poi-poin tersebut berisi nilai-nilai yang perlu diterapkan untuk mencapai tujuan dan menjadi daya hidup untuk merealisasikan tujuan kelompok. Jika perlu tiap poin diuraikan dengan deskripsi yang jelas dan lugas agar tidak menimbulkan banyak penafsiran.
Berikan Tanggung Jawab yang Merata dan Terukur. Pemimpin kelompok/tim bertanggung jawab dalam membagi tugas kepada anggotanya secara merata. Pastikan bahwa tidak ada anggota yang mempunyai beban berlebih atau kurang karena kelebihan atau kekurangan beban kerja akan memicu munculnya social loafing. Selanjutnya informasikan kepada anggota tugas dan tanggungjawabnya dalam kelompok secara terperinci dan terukur. Jika perlu, tulis dan uraikan peran tiap anggota sehingga bisa dibaca dan dipahami oleh anggota kelompok.
Bangun Kekompakan Kelompok. Kekompakan kelompok dapat dibangun dengan membiasakan komunikasi dalam kelompok, saling membantu, saling percaya dan berempati terhadap anggota. Segala informasi yang terkait dengan kelompok perlu disampaikan secara terbuka agar tiap anggota memahami dan ikut bertanggung jawab terhadap apa yang dihadapi kelompok. Mereka akan saling membantu dan bekerja untuk memecahkan masalah dalam kelompok dan mencapai tujuan kelompok. Keterbukaan komunikasi juga menimbulkan rasa saling percaya sesama anggota kelompok. Perasaan memiliki kelompok akan muncul sehingga mereka ikut mendukung kesuksesan kelompok.
Tetapkan Aturan dan Norma yang Berlaku. Perlu dibuat aturan agar anggota kelompok memahami apa yang tidak boleh dilakukan dalam kelompok. Buatlah aturan yang dibuat bersama dan disepakati oleh anggota. Aturan tersebut tentunya harus jelas dan tidak menimbulkan banyak persepsi agar anggota mempunyai pemahaman yang sama.. Di samping itu, buatlah norma yang disepakati bersama. Jika aturan dan norma telah dispekati bersama, artinya semua bertanggung jawab dan andil terhadap aturan dan norma tersebut.
Buatlah Sistem Penghargaan yang Adil. Sistem penghargaan perlu dibuat dengan adil, artinya tiap individu akan dihargai sesuai dengan tingkat kontribusinya terhadap kelompok. Anggota dengan tingkat kinerja yang tinggi akan memeproleh penghargaan yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Selain akan memacu anggota untuk menyumbangkan kinerja yang tinggi dalam kelompok, sistem penghargaan tersebut akan menimbulkan perasaan adil bagi anggota dan mendorong mereka untuk tetap berada dalam kelompok serta mendukung tercapainya tujuan kelompok. Di samping pengahrgaan yang bersifat finansial, berikan pengakuan atas prestasi anggota.
Lakukan Pengawasan dan Evaluasi. Pegawasan bertujuan untuk menjamin bahwa anggota kelompok akan bekerja sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengawasan tersebut tentunya dilakukan dengan cara yang tertentu agar anggota kelompok tidak merasa sedang diawasi. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk membahas kemajuan kinerja individu dan kelompok serta mengatasi permasalahan yang muncul dalam kelompok. Pengawasan dan evaluasi bisa berjalan seiring atau terpisah, disesuaikan dengan kondisi kelompok. Permasalahan mendesak yang menuntut penyelesaian dengan segera, tentunya akan diprioritaskan untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Atur Komposisi Anggota Kelompok. Pemilihan anggota kelompok akan sangat menentukan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan. Idealnya anggota kelompok dipilih dengan kriteria yang bisa bekerja sama dalam kelompok dan mampu berkinerja. Namun jika kondisi ideal tidak mungkin tercapai karena keterbatasan sumber daya manusia yang ada, maka aturlah komposisi anggota kelompok di mana anggota kelompok diprediksi akan mampu bekerja sama dan beberapa anggota mampu berkinerja dan mempengaruhi secara positif terhadap anggota lain agar berkontribusi terhadap kinerja kelompok.