Oleh: Aziz Fuadi
Tim dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan kinerja yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pekerjaan yang dikerjakan secara individu atau kelompok. Kerja tim dan kerja kelompok sangatlah berbeda. Kelompok bukan berarti tim, namun tim sudah tentu berbentuk kelompok. Jika kerja kelompok adalah kumpulan dari kerja individu, kerja tim tidaklah demikian. Dikatakan kerja tim ketika di dalamnya ada sinergitas antar anggota, di mana para anggota bisa saling melengkapi dan berperan. Maka sinergitas akan menjadi kunci utama dalam sebuah tim. Tanpa sinergitas, kerja tim hanya akan menjadi kerja kelompok di mana masing-masing individu bekerja sendiri-sendiri, dalam sebuah kelompok. Agar kinerja tim terdongkrak, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Pemilihan Anggota Tim
Sebelum tim dibentuk, idealnya perlu ada seleksi anggota tim. Anggota dipilih berdasarkan kompetensinya dan kemauannya untuk ikut berperan dalam tim, sehingga anggota tim yang ada dimungkinkan mampu bekerja sama dengan kinerja yang tinggi. Tingkat kompetensi tim yang beragam biasanya akan menimbulkan ketimpangan kerja atau tidak meratanya beban kerja sehingga mereka tidak bisa saling melengkapi dan membuat sinergi.. Yang lebih parah lagi bisa jadi sifat kerjanya tidak lagi berbentuk tim, namun cenderung bersifat kelompok, di mana pada akhirnya hanya orang-orang tertentu yang berperan dalam tim.
Penciptaan Aturan dalam Tim
Sebelum tim terbentuk, sangat penting untuk menciptakan aturan bersama. Aturan akan menjadi pedoman bagi tim dalam bekerja. Tanpa ada aturan, anggota akan bekerja berdasarkan persepsi mereka, padahal persepsi dari anggota begitu beragam. Maka sangat dimungkinkan akan terjadi konflik hubungan karena perbedan persepsi tersebut.. Penjelasan mengenai implementasi aturan pada tataran teknis dan akibat jika aturan tersebut dilanggar perlu dibuat. Ketika aturan telah terbentuk dan disepakati, dibuat prosedur dan standar kerja yang menjadi pedoman bagi anggota tim dalam menjalankan tugasnya. Perlu juga pembahasan tentang mekanisme pembagian kerja, penyelesaian masalah ketika terjadi konflik dalam tim atau penggantian peran jika anggota tim tidak mampu menjalankan tugasnya akibat kondisi yang tidak disengaja.
Pembuatan Komitmen Bersama
Jika aturan telah terbentuk, tim membutuhkan komitmen bersama. Komitmen anggota menunjukkan tanggung jawab dan niat dari anggota untuk menciptakan keberhasilan tim. Pembutaan komitmen tersebut berfungsi untuk menyadarkan anggota bahwa ada tujuan bersama yang harus dicapai secara bersama pula, sehingga tujuan tersebut harus dinomorsatukan dibandingkan dengan tujuan yang bersifat individual. Komitmen bersama juga mampu membendung munculnya ego atau superioritas dari salah satu anggota. Kerja tim tidak mengenal superioritas bahkan sifat egosentris dan superioritas sangat dihindari.
Penggunaan Media Komunilasi
Untuk bersinergi dan membahas masalah tertentu, anggota tim tidak harus bertatap muka dan bertemu. Komunikasi bisa dilakukan melalui media apapun asalkan tujuan tercapai. Bekerja dalam tim tidaklah mengutamakan cara namun lebih menekankan pada hasil. Pemanfaatan teknologi informasi sangatlah dianjurkan. Apalagi anggota tim tersebar dan terpisahkan oleh jarak (distributed team). Maka penggunaan teknologi informasi bisa menjadi pilihan yang cerdas.
Kepemimpinan dalam Tim
Kepemimpinan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan tim. Meskipun biasanya anggota tim tediri dari orang-orang terpilih dan mereka biasanya bersifat self directed, Namun hadirnya pemimpin dalam tim masih diperlukan. Fungsi pemimpin dalam tim adalah sebagai fasilitator, koordinator dan memecahkan masalah yang terjadi dalam tim. Ia juga berfungsi mengelola anggotanya dan sumber daya yang ada, termasuk di dalamnya memfasilitasi anggotanya untuk belajar dan berkembang.
Perilaku Membantu
Tim yang ideal akan tercipta jika terdapat perilaku membantu (supporting behavior) antar anggota. Perilaku tersebut memudahkan proses pencapaian kinerja dalam tim karena meningkatnya intensitas komunikasi dan koordinasi. Adanya perilaku membantu akan diiringi dengan intensitas komunikasi antar anggota. Mereka akan bertukar informasi dan aktif membahas permasalahan dalam tim. Akhirnya kelemahan tim dan problem yang ada pun cepat tertangani. Feedback atas kinerja tim juga cepat diketahui anggota ketika perilaku membantu menjadi sebuah kebiasaan. Di sisi lain, anggota bisa lebih kohesif, merasa menjadi satu kesatuan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sebaliknya, tak adanya perilaku membantu akan membuat tim rapuh, kurang solid dan bisa menurunkan sinergitas anggota.
Saling Percaya
Saling percaya antar anggota akan menjadi modal sosial bagi terciptanya kinerja tim. Kepercayaan menunjukkan persepsi positif terhadap orang lain dan pandangan bahwa orang lain akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kepercayaan jjuga merupakan bentuk pengakuan terhadap keberadaan orang lain. Ketika anggota tim percaya terhadap anggota lainnya, hal itu mengisyaratkan bahwa ia mengakui adanya orang lain dan mengharapkan kontribusi orang lain dalam tim. Maka kepercayaan tidak saja membuat energi positif pada individu namun juga mampu menggerakkan individu lain untuk membalas energi positif tersebut. Ketika antar anggota mempunyai energi positif, maka perilaku mereka akan positif sehingga masing-masing akan memberikan kontribusinya bagi kinerja tim.