Oleh: Qurrota Ayun, S.E., M.Si.
Pandemi covid 19 telah merubah cara pandang pembelajaran yang harus dilakukan secara tatap muka menuju kepada pembelajaran secara online. Pendidik harus mulai beradaptasi dalam kondisi seperti ini, Pendidik harus mampu merancang strategi pembelajaran yang efektif sehingga anak didik mampu memahami secara kognitif materi yang diajarkan oleh pendidik. Kondisi saat ini yaitu pembelajaran secara daring berdampak secara psikologis seperti lelah dalam mengikuti pembelajaran, bosan dan tidak mampu memahami pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Pendidik yang tidak memiliki strategi pembelajaran akan kesulitan dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga anak didik tidak akan mendapatkan materi pembelajaran dengan baik.
Strategi Pembelajaran Secara Efektif di Era New Normal
Pandemi covid 19 menjadikan sistem pembelajaran harus mencari bentuk inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar secara efektif. Inovasi pembelajaran dibutuhkan untuk menjembatani adanya halangan pembelajaran secara tatap muka menuju pembelajaran secara online. Pendidik harus mampu menyusun strategi pembelajaran secara efektif di era new normal, hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengarahkan agar semua kegiatan belajar mengajar diadakan dari rumah dan harus menjaga jarak. Arahan tersebut menuntut pendidik untuk menyusun dan membentuk inovasi pembelajaran yang efektif sebagaimana pembelajaran secara tatap muka. Metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh pendidik dalam era new normal ini adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran dalam kelompok kecil
Menurut Djamarah (2005: 164) pembelajaran dalam kelompok kecil merupakan usaha untuk meningkatkan peranan anak didik secara mandiri dalam melakukan proses pembelajaran, yaitu dengan mengurangi perananan pendidik dalam proses interaksi edukatif. Dalam pelaksanaannya anak didik akan akan membentuk kelompok belajar kecil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dikelompokkan dengan tiga cara yaitu : 1) dasar tugas-tugas khusus; 2) dinamika proses kelompok diantara anak didik; dan 3) pembentukan kelompok belajar yang telah dilakukan oleh pendidik yaitu kelompok kerja. Kegiatan pembelajaran ini sebagai suatu proses pembelajaran dimana anak didik dapat mengembangkan pengetahuannya dengan pengawasan pendidik untuk mencapai tujuan berdasarkan kemampuan, pendekatan dan bahan pelajaran.
Sementara itu Winkel (1996: 045) kegiatan pembelajaran dalam kelompok ini dapat melalui tutoring pelajaran, pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan anak didik. Model tersebut merupakan suatu bentuk pembelajaran dimana pendidik dapat memberikan perhatian terhadap anak didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara intensif karna dilakukan dengan cara kelompok kecil. Penerapan pembelajaran dalam kelompok kecil pada new era sepeti ini harus selalu melakukan protocol kesehatan karena para anak didik harus bertemu secara tatap muka. Jumlah untuk kelompok ini sebanyak dua sampai dengan tiga anak didik saja. Ketika melakasanakan metode ini pendidik memberikan poin-poin materi secara detail sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak berlangsung lama (satu sampai dengan dua jam).
b. Pembelajaran secara home visit
Strategi pembelajaran home visit adalah pendidik mengunjungi anak didik di rumah dalam waktu tertentu. Adanya home visit ini berguna bagi anak didik dalam proses pembelajaran. Pada era new normal, kegiatan ini dapat memberikan motivasi kepada anak didik,serta Pendidik dapat melihat dan mengetahui secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh anak didik. Pelaksanaan home visit semakin dibutuhkan guna mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh anak didik dalam proses belajar. Home visit ini dibimbing sesuai dengan perkembangan sikap dan proses pembelajaran sesuai dengan tingkat dan situasi psikologi anak didik, karena hal tersebut dapat mempengaruhi motivasi (Arifin, 2003: 104).
Pembelajaran secara home visit dapat memberikan dampak yang baik pada anak didik untuk keberhasilan pembelajaran. Adanya komunikasi dan kerjasama yang baik antara pendidik dan keluarga untuk mengetahui hambatan dan kendala yang dihadapi oleh anak didik. Diharapakan dengan adanya home visit anak didik lebih giat dan termotivasi karena adanya perhatian oleh pendidik dan keluarga.
c. Pembelajaran secara project base
Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) dapat mengurangi tanggung jawab anak didik pada proses belajar. Proses pembelajaran tersebut dapat mengurangi kreatifitas anak didik. Hal ini dapat memberikan rasa bosan dan jenuh karna proses pembelajaran hanya dilakukan satu arah. Pada masa new normal seperti saat ini, model pembelajaran berbasis proyek (project Based learning Model) dapat menjadi alternative. Dimana anak didik diberikan tugas untuk membuat suatu project yang sesuai dengan mata pembelajaran yang terkait. Metode pembelajaran ini tidak hanya melibatkan satu mata pembelajaran saja namun bisa menghubungkan dengan mata pembelajaran yang lain. Menurut Aminuddin, (2015) Model pembelajaran tersebut memiliki keunggulan yaitu 1) anak didik dapat merancang proses untuk menentukan sebuah hasil project; 2) melatih anak didik untuk bertanggung jawab dalam mengelola informasi yang dilakukan pada project tersebut; 3) anak didik dapat menghasilkan suatu produk dan kemudian dipresentasikan. Metode ini memberi kesempatan kepada pendidik untuk membentuk team teaching sebagai mentor terhadap anak didik.
d. Pembelajaran secara online (dalam jaringan)
Metode ini bisa digunakan oleh pendidik dan anak didik dalam memanfaatkan alat telekomunikasi dan menjalankannya dari rumah. Metode ini mampu untuk melaksanakan proses pembelajaran secara online. Saat ini, proses pembelajaran secara online (e-learning) harus dilakukan guna meningkatkan standart mutu pendidikan. Dalam penyampaian pembelajaran dalam jangakauan luas (Rosenberg, 2001:28), memiliki tiga kriteria yaitu 1) mampu untuk memperbaharui, menyimpan, menyampaikan dan membagi materi ataupun informasi; 2) pengiriman melalui jaringan sampai ke pengguna dengan menggunakan computer atau alat telekomunikasi secara cepat; 3) urgensi teknologi informasi dapat dioptimalkan untuk pendidikan.
Pelaksanaan pembelajaran secara online dapat menggunakan aplikasi virtual meeting secara online seperti zoom, google meet, whatup group dan lain sebagainya sehingga metode ini aman bagi pendidik dan anak didik dan tujuan pembelajaran tercapai. Kelemahan metode ini jika jaringan penyedia layanan telekomunikasi lambat atau putus sehingga proses kegiatan belajar mengajar menjadi terhambat.
e. Pembelajaran secara blended
Kemajuan teknologi memberikan dampak perubahan pada proses pembelajaran, dalam hal ini metode pembelajaran yang dilaksanakan secara klasikal (tatap muka secara langsung) dapat dilalkukan dengan online. Kombinasi strategi pembelajaran belended learning menggunakan dua pendekatan yaitu secara online dan tatap muka. Kegiatan ini dapat dilakukan secara fleksible,yaitu dapat dilakukan dimana saja (everywhere) dan kapan saja (anytime). Menurut Heinze and Procter, 2006. Blended learning yaitu percampuran atau kombinasi pembelajaran antara tatap muka secara langsung dan online secara harmonis dan ideal.
Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu blended yang berarti campuran learning yaitu pembelajaran. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa blended learning yaitu pola pecampuran dari berbagai pola lainnya dalam pembelajaran Blended Learning adalah pertemuan virtual antara pendidik dan anak didik walaupun keduanya tidak berada ditempat yang sama tetapi dapat memberikan feedback, bertanya ataupun menjawab sesuai dengan real time (Ruman, kk: 2012:242)
Menurut (Carman : 2002) terdapat lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran secara blended learning (yaitu :
1) Live Event yaitu pembelajaran langsung atau tatap muka. Hal ini dilakukan antara pendidik dan anak didik secara langsung secara online. Kegiatan dapat dilakukan melalui zoom, google meet dsb
2) Self Paced Learning yaitu kombinasi dengan pembelajaran mandiri. Hal ini dilakukan oleh anak didik dimana saja dengan menggunakan materi (bahan ajar) yang bersifat text based maupun multimedia based seperti video, animasi, simulasi, gambar, audio ataupun kobinasi dari kesemuanya. Materi tersebut dapat diberikan secara online (streaming video, streaming audio atau e book, adapun secara offline dalam bentuk CD dan cetak.
3) Collaboration, yaitu mengkombinasi antara pendidik dan peserta didik yang keduanya bisa lintas sekolah/kampus. Pendidik dapat meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat, antar peserta didiik dan pendidik melalui bentuk-bentuk komunikasi secara online seperti chatroom, forum diskusi, virtual meting, email dan mobile phone. Hal ini untuk pendalaman materi, problem solving maupun project based learning.
4) Assesment, yaitu pendidik harus mampu mengkombinasi jenis penilaian baik yang bersifat tes dan non tes atau tes yang bersifat autentik (portofolio). Kegiatan tersebut dilaksanakan secara online dan offlne agar peserta didik mudah untuk mengetahui hasil penilaian
5) Performance Support Materials yaitu jika pendidik ingin mengkombinasi antara tatap muka secara langsung atau online, harus mempersiapkan sumber daya untuk mendukung kegiatan tersebut. Seperti Learning/ Content Management System (LCMS), dimana peserta didik dapat mengakses materi/bahan ajar, daftar hadir, tugas secara. Perlu diperhatikan juga aplikasi system ini terinstal dengan baik guna kelancaran dalam mencapai tujuan pembelajaran
Strategi Pembelajaran Blended Learning dapat diterapkan oleh pendidik dan anak didik dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Metode ini selain meningkatkan kemampuan kognitif juga motoric dan menjaga psikologi Pendidik dan peserta. Kelemahan metode ini tidak bisa diterapkan jika sarana dan prasarana tidak mendukung seperti akses internet yang lambat atau putus. Dalam hal ini sebagai Pendidik harus mampu mendesain pembelajaran yang menarik.
Kesimpulan
Dari strategi pembelajaran diatas maka pendidik memiliki beberapa pilihan untuk melakukan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dengan mengacu pada kurikulum dan silabus yang ada. Pendidik harus mampu beradaptasi dengan kondisi dan situasi seperti ini. Internalisasi metode pembelajaran ini harus segera dilakukan dalam bentuk penyesuaian antara pendidik dan peserta didik sehingga metode pembelajaran ini tidak lagi menjadi beban bagi pendidik dan peserta. Mereka tidak lagi merasa asing dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam kondidi dan situasi apapun yang terpenting adalah tujuan pembelajaran tercapai.
Daftar Pustaka :
– Amirudin, A. dkk. 2015, Pengaruh Model Pembeajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Geografi Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Geografi. Vol. 20. No.1. Jauari 2015
– Arifin A, 2003, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-UndangSisdiknas, Jakarta: Ditjend Kelembagaan Agama Islam Depag.
– Carman,Jared M, 2002, Blended learning Design: Five Key Ingredients, USA: KnowledgeNet
– Rosenberg, Marc Jeffrey,2001, E-Learning : Strategies For Delivering Knowledge In The Digital Era. USA : Mcgraw Hill.
– Syaiful Bahri Djamarah, 2005, Pendidik dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT. Rineka Cipta
– Winkel, Hastuti, 2006, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: MediaAbadi
– Rosenberg, Marc Jeffrey. (2001). E-Learning : Strategies For Delivering Knowledge In The Digital Era. USA : Mcgraw Hill.
– Heinze, A., Procter, C & Scott, B. 2007).Use of Conversation Theory to underpin Blended Learning. International Journal of Teaching and Case Studies, 1(1), 108-120.