Oleh: Aziz Fuadi
Pegawai yang bermaslaah senantiasa ada dalam kehidupan organisasi. Keberadaannya seringkali menjadi beban bagi organisasi. Kinerja organisasi yang seharusnya terbangun dari kinerja pegawai menjadi terhambat karena munculnya pegawai yang bermasalah. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu mengetahui tanda-tanda munculnya pegawai bermasalah agar pegawai tersebut cepat mendapatkan penanganan sehingga tidak menular ke pegawai lain dan menimbulkan masalah yang lebih besar. Berikut penulis paparkan tanda-tanda tersebut.
Merasa Paling Sibuk
Setiap pegawai mempunyai beban kerja tertentu. Beban kerja tersebut telah dihitung dengan analisis beban kerja sehingga dimungkinkan setiap pegawai dalam posisi yang sejajar akan mendapatkan beban kerja yang setara. Dalam kenyataannya terdapat pegawai yang merasa beban kerjanya terlampau tinggi sehingga ia merasa paling sibuk di antara pegawai lainnya. Jika benar bahwa ia sibuk karena mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi tugas pokoknya, hal tersebut dapat dibenarkan. Namun jika ia mengeluh setiap hari dan merasa paling sibuk, padahal tidak menegrjakan pekerjaan tambahan yang menyita waktunya, maka ia patut diperhatikan. Bisa jadi ia adalah penunda pekerjaan.
Menyerahkan Pekerjaan kepada Teman Sekerja
Menyerahkan pekerjaan kepada teman sekerja saat cuti atau adanya kepentingan yang mendadak adalah hal yang wajar. Namun jika penyerahan pekerjaan tersebut dilakukan pegawai karena ia enggan atau malas menyelesaikan pekerjaan, hal tersebut akan menjadi masalah tersendiri. Timbulnya kemalasan pada pegawai akan mendorongnya mencari cara agar pekerjaannya selesai namun ia tidak mengerjakannya. Pilihannya adalah ia minta tolong kepada rekan kerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan imbalan tertentu. Jika teman sekerja ternyata bersedia menolongnya dengan imbalan yang bersifat finansial maupun non finansial, maka pegawai tersebut cenderung akan mengulanginya karena baginya yang terpenting adalah pekerjaan beres sedangkan ia bisa bebas tak terbebani pekerjaan. Bgainya yang terpenting adalah di mata pimpinan masih ada kesan positif.
Menentang Aturan Organisasi
Adanya aturan organisasi membawa konsekuensi bagi anggota yang ada di dalamnya. Mereka harus tunduk dan patuh sepanjang aturan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral, agama, kesopanan dan hukum. Namun dalam praktiknya, selalu saja ada yang tidak setuju dengan aturan organisasi dengan beberapa alasan yang bersifat pribadi maupun kelompok. Ketidaksetujuan tersebut diwujudkan dalam bentuk yang beragam, mulai dari sekedar obrolan kecil antar teman sampai pada protes langsung kepada pemimpin yang ada. Ketidaksetujuan dari pegawai yang berdampak munculnya ide kreatif justeru akan bermanfaat sepanjang hal tersebut bertendensi demi perbaikan dan kemajuan organisasi. Namun ketika ketidaksetujuan tersebut menjadi bentuk perilaku menentang tanpa alasan yang dapat diterima kebenarannya, maka hal itu merupakan sinyal bahwa terdapat masalah pada pegawai sehingga perlu mendapatkan penanganan.
Merasa tidak Cocok ditempatkan di Bagian Apapun
Perasaan cocok dan tidak cocok dari pegawai terhadap posisi yang dipegang bersifat sangat pribadi. Sebuah posisi akan dipandang cocok dan enak oleh sebagian pegawai namun belum tentu dirasakan cocok dan nyaman bagi pegawai lainnya. Untuk mengurangi ketidakcocokan pegawai dengan pekerjaannya, idealnya penempatan pegawai pada sebuah bagian akan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan, kemampuan dan skill yang dimiliki. Timbulnya ketidakcocokan pegawai dengan posisinya bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu hakikat pekerjaannya, lingkungan sosial di tempat kerja, perlakuan pemimpin, sistem penggajian dan penghargaan dan kebijakan yang menyangkut perencanaan kariir seorang pegawai. Jika secara umum pegawai merasa nyaman berada di kantor dan hanya sedikit pegawai yang merasa tidak nyaman, berarti sangat dimungkinkan ia berada pada tempat yang salah atau sedang ada masalah dalam diri pegawai tersebut. Apalagi setelah ditempatkan di beberapa bagian, selalu saja ada penolakan atau ungkapan ketidakcocokan pegawai terhadap pekerjaannya. Hal itu merupakan tanda awal munculnya masalah dalam diri pegawai. Konseling dan konsultasi untuk memecahkannya perlu segera dilakukan.
Sering Terlambat Masuk Kerja
Sebagai konsekuensi logis dari seorang pegawai adalah hadir di tempat kerja sesuai dengan aturan yang ada. Terdapat waktu standar bagi pegawai untuk berada di tempat kerja. Dengan waktu tersebut diharapkan pegawai berkinerja dan akan mendapatkan kompensasi beruba gaji dan tunjangan. Terlambat sekali waktu bagi pegawai adalah hal yang wajar dan bisa ditolerir karena kemungkinan ada hal penting baginya yang menyebabkan ia terlambat masuk kerja. Namun jika pegawai sering terlambat masuk kerja, hal itu menjadi sinyal bahwa terdapat masalah pada pegawai. Komunkasi dua arah antara atasan dengan bawahan penting dilakukan untuk menanganinya. Ketika hal tersebut dibiarkan maka akan muncul kebiasaan pada pegawai untuk datang terlambat apalagi tidak ada hukuman yang membuatnya merubah kebiasaannya.
Si Pengadu Domba
Pegawai dengan tipe si pengadu domba akan menyebabkan kondisi yang tak sehat di lingkungan kerja. Suasana kantor yang nyaman bisa berubah jadi kacau jika si pengadu domba mulai beraksi. Ia akan mendapatkan kenikmatan jika rekan kerja yang ada di kantor saling berkonflik. Mungkin ia akan menganggapnya sebagai tontonan sinetron gratis. Jika ada pegawai yang dilanda konflik hubungan, sangat dimungkinkan seakan-akan ia akan membela dan sejalan dengan pegawai tertentu, namun pada saat yang berbeda ia akan berpihak pada pegawai lainnya dan menyebarkan isu atau pernyataan negatif yang membakar hati pegawai yang berkonflik. Hasilnya konflik akan terus berlanjut sepanjang tidak ada pendamai dan konfirmasi dari pihak-pihak yang berkonflik. Munculnya pegawai dengan tipe si pengadu domba akan menimbulkan masalah serius jika dibiarkan begitu saja. Konflik tak akan surut dengan sikap pembiaran bagi pihak-pihak yang berkonflik dengan alasan mereka sudah dewasa dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Yang tak kalah pentingnya si pengadu domba perlu segera mendapatkan pembinaan.
Merasa Paling Hebat
Pegawai yang meraasa paling hebat di kantor biasanya akan memandang pegawai lainnya kurang berperan bahkan tidak penting. Apalagi ia sedang memegang posisi yang dianggap sebagian besar dari rekan kerja adalah posisi penting. Meskipun sesungguhnya setiap posisi dalam sebuah kantor semuanya penting dan saling terkait, namun penilaian pegawai yang mengunggulkan posisi tertentu sebagai posisi yang penting akan semakin membuat pegawai tersebut berada di atas angin. Sikap dan perilakunya bak seorang bos bahkan melebihi sikap dan perilaku bos yang sesungguhnya. Segala prestaasi yang menurutnya monumental akan seringkali ia lontarkan untuk menguatkan sikap dan perilakunya. Hal tersebut juga dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa dia lah orang yang pantas diakui sebagai pahlawan dalam organisasi sehingga layak mendapatkan penghargaan dari lembaga. Maka pujian dari rekan sekerja akan dianggapnya sebagai sebuah dukungan atas sikap dan perilakunya, meskipun terkadang pujian tersebut dilontarkan sebagai basa-basi belaka. Munculnya pegawai yang merasa paling hebat adalah tanda awal timbulnya masalah di kantor sehingga perlu mendapatkan penanganan.