Oleh: Aziz Fuadi
Coaching (pembimbingan) dalam kajian manajemen SDM adalah sebuah proses untuk meningkatkan kinerja individu melalui penambahan pengetahuan dan skill yang dilakukan oleh coach (pembimbing) terhadap coachee (yang dibimbing). Dalam praktiknya, coaching meliputi sesuatu yang bersifat praktis, taktis, fokus pada tugas, berorientasi pada tindakan dan dilakukan dengan cara satu per satu. Maka antar coach dan coachee akan terjalin hubungan interpersonal yang relatif dekat. Waktu yang dibutuhkan pun relatif pendek jika dibandingkan dengan training.
Tingkat pentingnya tugas pegawai akan menentukan sifat coaching yang diterapkan, apakah bersifat formal atau informal. Untuk tugas yang sangat penting, dibatasi target penyelesaian dan skill yang bersifat khusus akan membutuhkan coaching yang bersifat formal. Dalam coaching tersebut antara coach dan coachee akan membentuk komitmen bersama sebelum proses caoching berlangsung. Jadwal dan materi coaching pun direncanakan secara rinci sehingga dimungkinkan tak ada perubahaan jadwal. Sedangkan coaching yang bersifat informal sangat cocok untuk tugas-tugas yang bersifat umum dan tak memerlukan skill khusus. Baik pembimbing maupun yang dibimbing pun tak dibatasi oleh waktu yang sangat ketat. Materi dan jadwal coaching lebih bersifat fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan coachee. Agar proses coaching berhasil, berikut ini penulis sajikan tips dan triknya.
Tetapkan kebutuhan Coaching
Langkah pertama sebelum coaching dimulai, tentukan dulu kebutuhan coaching. Apakah ada gap kompetensi dari pegawai yang akan diberikan bimbingan. Jika ada, tentukan siapa saja yang akan mengikuti coaching dan tentukan materinya. Tentukan juga sifat coaching, apakah bersifat formal ataukah informal. Termasuk siapa saja yang diwajibkan masuk kategori coaching formal dan siapa yang informal. Identifikasi kebutuhan coaching ini bertujuan agar proses coaching fokus pada masalah tertentu.
Tentukan Target dan Buatlah Komitmen
Target dari proses coaching perlu Anda nyatakan kepada coachee sehingga mereka akan memahami alur proses coaching. Tidak adanya target akan memberikan sinyal pada coachee bahwa proses coaching yang dilakukan hanya formalitas belaka, bukan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pegawai. Selain itu, komitmen bersama juga perlu dibuat agar kedua pihak, baik coach maupun coaching merasa ikut bertanggung jawab terhadap proses coaching dan mematuhi kesepakatan yang telah dibuat.
Siapkan Fasilitasnya
Fasilitas yang layak akan menjadi pendukung berhasilnya proses coaching. Jangan sampai proses coaching terhambat hanya karena tidak tersedianya fasilitas pendukung. Fasilitas tersebut bisanya ditangani oleh bagian training dan pengembangan pegawai.
Ciptakan Kebutuhan Coaching bagi Pegawai
Organisasi hendaknya mampu menciptakan kebutuhan coaching bagi pegawai sehingga pegawai akan merasa bahwa coaching sebagai sebuah kebutuhan baginya. Tanpa hal itu, motivasi pegawai untuk mengikuti coaching akan rendah karena mereka menyangka bahwa coaching dilakukan hanya untuk kebutuhan organisasi. Rendahnya motivasi pegawai di samping mepengaruhi tingkat keberhasilan coaching, juga berdampak pada membengkaknya biaya karena bisa jadi akan dilakukan coaching ulang agar skill pegawai meningkat.
Posisikan Coachee sebagai Mitra Sejajar
Proses coaching akan melibatkan coach dan coachee. Di samping materi, motivasi coachee dan teknik coaching, sikap dan perilaku coach sangat menentukan tingkat keberhasilan coaching. Sikap dan perilaku tersebut tersebut berujud perlakuan coach terhadap coachee. Pegawai yang menjalani proses coaching termasuk kategori orang dewasa sehingga perlakuan dari coach yang kurang positif, kurang sopan atau terlalu menggurui coache, dimungkinkan akan menurunkan motivasi coachee dalam menjalani proses coaching. Akan sangat bijaksana jika coach menganggap coachee sebagai mitra sejajar sehingga tak akan menghilangkan harga diri coachee. Coaching akan lebih berhasil jika kondisi yang diciptakan penuh dengan hubungan interpersonal yang saling menghargai dibandingkan dengan kondisi yang penuh dengan rasa canggung dan ketegangan.
Ciptakan Keterbukaan dan Trust
Sikap terbuka dan trust (kepercayaan) akan menjadi modal bagi keberhasilan coaching. Keterbukaan tersebut menyangkut materi coaching, kebijkan organisasi maupun keterbukaan sikap Anda terhadap coachee. Katakan dengan jujur jika ternyata proses coaching perlu tambahan waktu karena misalnya skill coachee masih belum mencapai standar; atau nyatakan jika coachee perlu fokus pada materi coaching. Hindari penilaian yang bersifat pribadi atau menyangkut masalah pribadi coachee. Di samping itu, sikap saling percaya perlu ditunjukkan baik oleh coach maupun coachee. Sikap tersebut akan menumbuhkan kemantapan dalam bertindak.
Berikan Coaching untuk Semua Karakter
Proses coaching tidaklah khusus untuk karakter tertentu; artinya materi coaching dapat diberikan pada pegawai yang memang memerlukan peningkatan kompetensi dalam bidang tertentu. Karenanya, coaching adalah menyangkut perbedaan kompetensi, bukan perbedaan karakter dari pegawai. Maka sebagai coach, Anda tentunya tak bisa memilih akan memberikan bimbingan hanya untuk pegawai dengan karakter tertentu. Jika Anda mempunyai persepsi bahwa pegawai dengan karakter tertentu akan berhasil dalam proses coaching sedangkan karakter lainnya akan gagal, maka persepsi tersebut justeru akan menghambat proses coaching. Ingatlah bahwa tugas Anda adalah sebagai coach, bukan sebagai penilai karakter pegawai. Kecuali, pada saat itu Anda memang ditugasi untuk membina kepribadian pegawai karena posisi tertentu mewajibkan pegawai dengan karakter khusus.
Hindari Melakukan Penilain Buruk terhadap Coachee
Penilaian buruk yang diungkapkan secara fulgar dan kasar terhadap coachee akan menjadi awal kegagalan coaching. Meskipun kinerja coachee memang benar-benar buruk, namun Anda bukanlah sebagai hakim yang berhak menilai kinerja pegawai, namun sedang diberi tugas untuk melakukan bimbingan terhadap mereka. Jika Anda ingin mengungkapkan kekurangan coachee, nyatakan bahwa ada sisi kompetensi coachee yang perlu diperbaiki. Apalagi Anda sampai merendahkan coachee, baik secara personal maupun di hadapan orang banyak.