BDK SURABAYA – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2022, Balai Diklat Keagamaan Surabaya menggelar upacara di lapangan BDK Surabaya. Upacara yang diikuti oleh seluruh Aparatur Sipil Negara, PegawaI Non ASN, dan Tenaga Outsourcing di lingkungan BDK Surabaya berjalan penuh khidmat.
Bertindak sebagai inspektur upacara, Kepala Balai Diklat Keagamaan Surabaya, Dr. Japar, M.Pd. menyampaikan bahwa tema yang diangkat dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2022 adalah “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”. Diangkatnya tema ini berhubungan dengan santri yang dalam kesejarahannya selalu terlibat aktif dalam setiap fase perjalanan Indonesia. Sejak masa penjajahan Indonesia, santri turut turun ke medan laga berperang melawan penjajah. Ketika Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan, K.H. Wahid Hasyim bersama santri dan tokoh agama lainnya turut memperjuangkan kemaslahatan umat agama di Indonesia. Pascakemerdekaan Indonesia, selain di bidang agama, santri tetap terlibat aktif di dunia pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan lainnya.
Dalam kesempatan ini, para peserta upacara, dipimpin oleh Dr. Sholehuddin, S.Ag., M.Pd.I., Widyaiswara Ahli Madya BDK Surabaya, mengucapkan ikrar santri. Dalam ikrar ini disebutkan bahwa santri Indonesia berpegang teguh pada aqidah ajaran nilai dan tradisi islam. Santri NKRI bertanah air satu, tanah air Indonesia, berideologi negara satu, ideologi Pancasila, berkonstitusi satu, UUD 1945, berkebudayaan satu, kebudayaan Bhineka Tunggal Ika. Santri NKRI selalu bersedia dan siap siaga menyerahkan jiwa dan raga membela tanah air dan bangsa Indonesia, mempertahankan persatuan dan kesatuan nasional serta mewujudkan perdamaian abadi. Santri NKRI berperan aktif dalam pembangunan nasional, mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin untuk seluruh rakyat Indonesia yang berkeadilan. Santri NKRI pantang menyerah, pantang putus asa serta siap berdiri di depan melawan pihak-pihak yang akan merongrong Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, serta konstitusi dasar lainnya yang bertentangan dengan semangat proklamasi kemerdekaan dan resolusi jihad Nahdlatul Ulama.
Dengan membacakan sambutan Menteri Agama, Kepala BDK Surabaya menyampaikan bahwa menjaga martabat kemanusiaan adalah esensi ajaran agama. Peringatan Hari Santri bukanlah milik santri semata melainkan milik mereka yang memiliki keteguhan dalam menjunjung nilai-nilai kebangsaan. Untuk memeriahkan peringatan Hari Santri Nasional, para peserta upacara mengenakan atribut santri. Peserta laki-laki mengenakan baju koko putih dan sarung sedangkan peserta perempuan mengenakan gamis. Sesuai tema yang diangkat, semoga peringatah Hari Santri Nasional dapat menjadi momentum untuk meningkatkan martabat kemanusiaan. (WT)