BDKSURABAYA – Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya, H. Japar menyampaikan ceramah terkait Smart Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Moderasi Beragama di hadapan peserta Pelatihan Dasar (Latsar) Mahkamah Agung (MA) Angkatan I s.d. V bertempat di gedung widya graha bakti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. (09/11/2022).
Dalam penjelasannya, saat ini ASN diharapkan untuk menjadi ASN yang Smart dengan ciri-ciri memiliki integritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, berjiwa hospitality, menguasai IT dan bahasa asing, memiliki jaringan (networking) yang luas serta berjiwa entrepreneurship, dan memiliki jaringan luas
Integritas dalam uraiannya adalah keselarasan antara ucapan dan tindakan, konsistensi berperilaku yang selaras dengan nilai, norma dan etika organisasi, bersikap jujur dalam berinteraksi dengan atasan, rekan kerja, bawahan, dan stakeholder, serta mampu mendorong terciptanya budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya
Nasionalisme menurutnya adalah sikap nasionalisme adalah cinta tanah air yaitu paham kebangsaan yang berkembang karena adanya persamaan nasib, sejarah dan kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta cita-cita bersama. Nasionalisme dalam konteks Indonesia berarti mengandung makna kecintaan warna negara Indonesia terhadap tanah airnya yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila.
ASN yang Smart dalam pandangannya juga bercirikan menjunjung profesionalisme yang mengandung arti kompeten dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, ahli di bidangnya dan bertanggung jawab terhadap profesinya.
Sedangkan berwawasan global menurut pria yang mendapatkan gelar doktor dari Universitas Negeri Makassar tersebut adalah ASN yang mempunyai pola pikir yang kreatif, inovatif dan adaptif terhadap perkembangan global serta senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keramahtamahan (hospitality) menurutnya juga menjadi ciri dari Smart ASN. Keramahatamaan tersebut tidak saja diterapkan ketika berinteraksi dengan atasan, rekan kerja dan bawahan, namun yang lebih penting adalah ketika melayani masyarakat, karena ASN adalah sebagai pelayan publik.
Selain itu, dalam urainnya ASN yang Smart adalah mereka yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi, menguasai bahasa asing, memiliki networking (jaringan) yang luas dan berjiwa entrepreneurship dalam menjalankan tugasnya.
Pada kesempatan tersebut, kepala BDK Surabaya juga menyampaikan bahwa seorang ASN perlu bersikap moderat dan menjadi role model sikap moderat dalam lingkungan kerjanya dan lingkungan masyarakat. Dalam penjelasannya sikap moderat adalah sikap yang tidak condong ke ekstrim kiri dan ekstrim kanan, melainkan sikap tawassuth (di tengah-tengah). Di samping itu, perlu bersikap tasamuh, yaitu toleransi atau saling menghormati antar pemeluk agama dan intern pemeluk agama. ASN juga perlu bersifat tawazun yaitu sikap berimbang atau harmoni demi terwujudnya keserasian hubungan antar sesama umat manusia dan antara manusia dengan Allah SWT. (AF).