Prof. Ahmad Zainul Hamdi, Sekretaris Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kemenag, menggambarkan organisasi sebagai tubuh manusia yang terdiri dari berbagai organ. “Organisasi itu seperti satu tubuh yang terdiri dari berbagai organ. Setiap bagian memiliki kompetensi dan fungsinya masing-masing, tetapi tanpa koordinasi dan arahan yang jelas, seluruh sistem tidak akan bergerak,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa kelumpuhan organisasi bisa terjadi karena dua hal utama. “Seorang pemimpin sehebat apa pun, dengan visi dan kemampuan yang luar biasa, tidak akan mampu menggerakkan organisasi jika anggota-anggotanya tidak memiliki kompetensi. Sebaliknya, sekalipun anggota memiliki kompetensi tinggi, organisasi tetap tidak akan berjalan tanpa kepemimpinan yang jelas dan berdaya,” jelasnya.
Tiga kunci utama untuk mencegah kelumpuhan organisasi turut dijabarkan dalam paparannya:
Peningkatan Kompetensi SDM: Seluruh anggota organisasi harus memiliki kompetensi yang memadai untuk mendukung kinerja secara keseluruhan.
Kepemimpinan yang Efektif: Pemimpin harus mampu menggerakkan organisasi dengan visi yang jelas dan kemampuan mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
Kolaborasi dan Kesadaran Tupoksi: Anggota organisasi harus memahami dan menjalankan peran serta tanggung jawab masing-masing secara profesional.
Hal ini disampaikan Prof. Inung dalam kegiatan pembinaan pegawai yang berlangsung di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya, Rabu (15/1). Dalam kesempatan tersebut, Prof. Inung didampingi oleh Kepala BDK Surabaya dan Kasubbag Tata Usaha. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh pegawai dan widyaiswara BDK Surabaya.
“Ketika masing-masing individu mampu bekerja sesuai kompetensi dan memahami tugas pokoknya, sinergi akan tercipta secara alami. Hal ini tidak hanya menghindarkan organisasi dari kelumpuhan, tetapi juga mempercepat pencapaian tujuan,” tambah Prof. Ahmad Zainul Hamdi.
Dalam konteks ini, ia menyoroti pentingnya profesionalisme di setiap lini organisasi. Profesionalisme, menurutnya, adalah salah satu elemen yang menjadi fondasi bagi keberhasilan organisasi. “Profesionalisme itu bukan tentang gelar, melainkan bagaimana seseorang menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi,” tegasnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa profesionalisme adalah wujud konkret dari komitmen terhadap kualitas kerja. Ketika individu mampu bekerja dengan standar tinggi tanpa mengabaikan aspek integritas, organisasi tidak hanya bergerak tetapi juga berkembang secara berkelanjutan.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi dan koordinasi di lingkungan BDK Surabaya. Dengan arahan yang inspiratif ini, diharapkan seluruh pegawai dan widyaiswara dapat terus meningkatkan kompetensi, integritas, dan kolaborasi untuk mewujudkan organisasi yang lebih solid dan berdaya saing.(d)