Surabaya, 28 Oktober 2024 – Balai Diklat Keagamaan Surabaya mendapat kunjungan istimewa dari anggota Densus 88, Iptu Jauhar, S.H., dan Arif Fatoni, mantan narapidana terorisme (napiter), yang diundang untuk memberikan sosialisasi tentang pencegahan dan pemahaman (IRET) Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme kepada peserta orientasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) gelombang kedua. Kehadiran keduanya memberikan pandangan yang mendalam dan pengalaman berharga tentang pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah maraknya potensi ancaman radikalisme.
Dalam paparannya, Iptu Jauhar menjelaskan bahwa paham radikalisme seringkali tumbuh dari ketidaktahuan serta kesalahpahaman terhadap ideologi dan agama. Beliau mengingatkan bahwa radikalisme dapat merasuki siapa saja, terutama generasi muda, apabila tidak dibentengi dengan pemahaman yang kuat akan nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan. “Pencegahan radikalisme harus dilakukan sejak dini, dimulai dari keluarga, lingkungan sekolah, hingga tempat kerja. Pemahaman yang benar mengenai ideologi negara dan pentingnya toleransi adalah kunci utama,” jelasnya.
Sementara itu, Arif yang dulunya terlibat dalam jaringan terorisme, memberikan kesaksian mengenai perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku. Beliau mengisahkan awal mula dirinya terseret ke dalam lingkaran radikal dan bagaimana pada akhirnya menyadari kesalahannya dan memutuskan untuk bertaubat. “Tidak ada masa depan dalam kekerasan. Saya dulunya berpikir bahwa tindakan saya benar, namun akhirnya saya sadar bahwa hal tersebut hanya menimbulkan kerusakan,” ungkap Arif. Ia berharap pengalamannya ini dapat menjadi pelajaran bagi peserta orientasi PPPK untuk menjauhi paham-paham yang bertentangan dengan prinsip nasionalisme.
Kegiatan ini menjadi sarana edukasi yang efektif bagi peserta orientasi PPPK di Balai Diklat Keagamaan Surabaya. Melalui kegiatan ini, diharapkan mereka tidak hanya menjadi pribadi yang profesional dalam menjalankan tugas, namun juga memiliki jiwa nasionalisme yang kokoh serta mampu mengenali dan menolak paham radikalisme.
Kepala Balai Diklat Keagamaan Surabaya, Dr. H. Japar, M.Pd. menyampaikan bahwa kehadiran Iptu Jauhar dan Arif menjadi bagian dari upaya pembinaan yang komprehensif bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama dalam menangkal radikalisme. “Kami berharap peserta orientasi mampu menyerap nilai-nilai kebangsaan yang disampaikan, sehingga siap menjadi agen perdamaian dan kebhinekaan di masyarakat,” ujar Dr. Japar.
Dengan semangat nasionalisme dan tekad untuk menjaga keutuhan NKRI, kegiatan ini menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat dalam menciptakan bangsa yang damai, aman, dan terbebas dari pengaruh radikalisme.