BDKSURABAYA – Saat ini eranya sangat berbeda dengan era 60- an di mana saat itu guru mengeajar pakai black board, asbak dan kapur tulis. Namun sekarang semuanya serba digital. Main sentuh (touchscreen) without white board, apalagi blackboard. Maka guru yang ilmunya sudah melangit harus mengikuti perkembangan teknologi dengan meningkatkan literasi digital. Demikian pengarahan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) RI, H. Suyitno ketika menutup orientasi bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjantian Kerja (PPPK) bertempat di Kantor Kemenag Kabupaten Kediri (19/11/2022).
Lebih lanjut pria yang meraih pangkat akademik profesor dari Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang tersebut menyampaikan bahwa saat ini adalah era generasi Z yang lahir sekitar tahun 1997 an ke atas.
“Generasi Z responnya cepat, mudah melakukan perubahan dan bisa mengerjakan tiga pekerjaan sekaligus dalam satu waktu, gnerasi yang multi talent dan banyak kompetensi. Anak-anak jaman sekarang tidak mau menerima pengajaran yang out of date,” jelasnya.
Menurutnya jika dikelompokkan, maka generasi dibagi menjadi empat, yaitu generasi baby boomers yang lahir sekitar tahun 1946 sd. 1964. Generasi X yang lahir sekitar tahun 1965 sd 1980, generasi Y (milenial) yang lahir tahun 1981 sd. 1996 dan generasi Z yang lahir tahun 1997 s.d sekarng.
Dengan melihat kenyataan bahwa saat ini para siswa adaah tergolong mereka yang masuk dalam generasi Z, maka dalam pembelajaran di kelas, guru harus terus belajar, terutama kemampuan teknologi informasi. Di depan kelas guru harus kelihatan lebih pintar dibanding siswanya dan menguasai informasi terkini terkait dengan mata pelajaran dan perkembangan ilmu pengetahuan.
‘Today is today, it is very late. Today is tomorrow. Al an huwa al ghodan. Yang kita kerjakan hari ini adalah untuk kepentingan besok. Jadi kita tak mungkin lagi menyampaikan hal yang sudah kadaluwarsa.,”tegasnya.
Kepala badan Litbang dan Diklat menjelaskan bahwa aseorang guru fikih, misalnya perlu meningkatkan juga literasi digital. Saat ini sudah marak pemakaian uang digital seperti bitcoin, sehingga transaksi tidak harus memakai uang kertas, karena yang dikatakan uang yang terpenting adalah nilai intrinsiknya. Maka pengajaran fikih untuk siswa perlu membahas tentang virtual money, sehingga tidak ketinggalan dalam merespon era digital.
Pada saat yang sama, Kepala BDK Surabaya, H. Japar menyampaikan bahwa peserta yang mengikuti orientasi tersebut berjumlah 80 orang dengan berprofesi sebagai guru. Selama pelatihan, peserta mengikuti proses pembelajaran dengan tertib dan terlibat aktif mengikuti materi yang disampaikan widyaiswara.
Kegiatan penutupan yang dihadiri oleh pejabat di Kemenag kab. Kediri, panitia penyelenggara dan widyaiswara tersebut berlangsung semarak, karena diakhiri dengan pelantunan lagu oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat.(AF).