Surabaya – Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya, Dr. H. Widayanto, M.Pd., mengadakan seminar bertajuk “Implementation of Personalised Learning into Our Training” pada Selasa, (17/12/24). Seminar ini merupakan bagian dari diseminasi kegiatan Pelatihan Pengembangan Widyaiswara – Transcontinental Training: “Advancing Indonesian Education Through Australian Personalised Learning Practices” yang telah dilaksanakan pada 1-14 Desember 2024 di Bali.
Dalam pelatihan sebelumnya, Dr. H. Widayanto, M.Pd., berkesempatan belajar langsung dari native speaker dan narasumber/fasilitator dari Universitas Canberra, Australia. Materi yang disampaikan berfokus pada praktik personalised learning yang telah diterapkan dalam sistem pendidikan Australia dan potensinya untuk diimplementasikan dalam pelatihan di Indonesia, khususnya dalam konteks pengembangan kompetensi aparatur.
Dalam seminar ini, Dr. H. Widayanto, M.Pd., memperkenalkan salah satu media pembelajaran inovatif, yaitu Padlet. Beliau menjelaskan bahwa Padlet merupakan platform kolaboratif berbasis daring yang dapat memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif, fleksibel, dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. “Melalui Padlet, peserta pelatihan dapat berbagi ide, berdiskusi, serta memberikan umpan balik secara real-time, sehingga konsep personalised learning dapat terwujud dengan lebih efektif,” ujar Widayanto.
Seminar ini turut dihadiri oleh Kepala BDK Surabaya, para widyaiswara, serta pegawai BDK Surabaya. Peserta seminar menyambut baik materi yang disampaikan. Mereka mengapresiasi pendekatan inovatif ini dan menilai Padlet sebagai solusi praktis untuk meningkatkan efektivitas pelatihan berbasis kebutuhan individu peserta.
Untuk memahami lebih dalam tentang personalised learning, berikut enam peran penting yang menjadi inti dari pendekatan ini:
1. Data Gatherer & Analyst: Mengumpulkan informasi tentang peserta untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu mereka.
2. Collaborator & Co-designer: Bekerja sama dengan peserta untuk merancang aktivitas belajar yang bermakna dan relevan.
3. Negotiator & Guide: Membantu peserta menyusun strategi belajar dan menyesuaikan metode sesuai kebutuhan mereka.
4. Empowerer: Memberikan sumber daya dan alat untuk mendorong keterampilan, kreativitas, serta kemandirian belajar.
5. Assessor & Evaluator: Memantau perkembangan peserta dengan penilaian berbasis kompetensi yang menekankan pertumbuhan.
6. Co-regulator: Mendukung ketahanan emosional peserta dalam menghadapi tantangan dan merefleksikan proses belajar.
Seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam penerapan personalised learning di berbagai pelatihan di lingkungan Balai Diklat Keagamaan, dengan tujuan menciptakan proses pembelajaran yang lebih relevan, inklusif, dan berdampak positif bagi pengembangan kompetensi peserta.
Penerapan keenam peran tersebut menjadikan pembelajaran lebih relevan, efektif, dan mendorong kemandirian peserta.